Surabaya - Sebanyak 16 seniman Surabaya memperkenalkan karya seni objek melalui pameran bertajuk "An Unexpected Object" di Galeri Seni "House of Sampoerna" (HoS), Surabaya pada 1-31 Maret mendatang.
"Mirip seni instalasi, tapi kalau seni instalasi itu biasanya memiliki tema (tematik), sebaliknya karya seni objek itu justru seniman membuat tema sendiri untuk objek yang dimiliki," kata koordinator pameran Mohammad Arifin.
Hal itu, katanya, karena seniman dalam karya seni objek justru mengeksplorasi media atau elemen yang tidak bermanfaat (bekas) menjadi objek yang bernilai seni. "Ada pesan penting dalam seni objek yakni memanfaatkan limbah tak terurai menjadi karya bermanfaat," katanya.
Contohnya, karya seniman Dukan Wahyudi berjudul "The Hunter Dog" yang berbentuk anjing dari rangkain besi yang tergolong kategori "recycle found object". "Ya, saya merancangnya dari bahan yang tidak terpakai yang saya kumpulkan dalam beberapa kurun waktu," kata Dukan.
Seniman asal Surabaya yang berusia 36 tahun itu mengaku banyak tetangga yang heran dengan sikapnya mengumpulkan sejumlah barang bekas di rumah, di antaranya stik dalam permainan 'game' (PS), filter oli, "shockbreaker", dan otopad dalam skuter anak-anak.
"Tapi, saya akhirnya mampu merancangnya menjadi sebuah cerita fiksi tentang anjing yang terbut dari barang-barang itu. Cerintanya, ada kiamat dan semuanya hancur, tapi ada arwah anjing milik seorang anak yang suka main akhirnya masuk ke dalam barang-barang bekas itu hingga seperti bernyawa, lalu anjing dari rangkaian besi itu mencari pemiliknya," katanya.
Menurut dia, dirinya hanya membutuhkan seminggu untuk merangkai sejumlah barang bekas itu, namun mencari ide cerita untuk barang-barang bekas itulah yang cukup lama hingga semuanya terwujud dalam satu bulan.
"Betul, seni objek yang saya rangkai dari bahan yang sulit diurai itu mengandung pesan lingkungan agar bahan-bahan yang tak berguna itu memiliki harga," kata seniman yang dalam pameran itu memajang dua karya seni objek.
Selain Dukan Wahyudi, para seniman Surabaya yang terlibat dalam pameran itu antaranya lain Hari Prajitno, Hari Yong Condro, Dian Shelly R, Dwi Januartanto, Aripin "Petruk" Bayu, Catur Hengki Koesworo, Bayu Edi Iswoyo, Beng Herman, Helmi Hardian, M Yunizar Mursyidi, Soegiarso Widodo, dan komunitas seni Tiada Ruang.
"Pameran selama satu bulan itu juga dimeriahkan tiga seniman dari luar Surabaya yakni Yosa Batu (Malang), Irman A Rahman dan Jange Rae (Bandung). Target kami agar masyarakat semakin mengenal karya seni objek yang baru diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1975," kata M Arifin.
Ada juga karya seni objek berjudul "Lari dan Terus Berlari" dan "Di Bawah Kaki Langit" yang merupakan dua karya dalam satu makna yang dirancang Aripin "Petruk" Bayu dari dua alat "scanner" yang sudah rusak.
"Saya membuat karya dari akrilik yang saya padukan dalam dua scanner bekas. Satunya lukisan manusia yang berlari dan satunya lagi patung yang duduk di bawah langit dan bola dunia berukuran kecil, jadi siapapun, saya atau bangsa kita, akan terus berlari dan akhirnya akan sampai di bawah kaki langit. Saya terinspirasi dari puisi 'Di Bawah Rembulan'," katanya.
Selain itu, karya seni objek berjudul "Call Me" milik Catur Hengki Koesworo bercerita pentingnya komunikasi dalam kehidupan, baik dengan sesama manusia maupun dengan alam. Karya yang terbuat dari akrilik, telepon, dan helm itu mengkritik kecanggihan alat komunikasi yang membuat manusia lupa berkomunikasi dengan alam. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013
Editor : Endang Sukarelawati
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013