Pacitan - Kerusakan infrastruktur jalan dan jembatan di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur diprediksi terus meluas seiring hujan deras yang kerap mengguyur kawasan tersebut selama beberapa pekan terakhir sehingga menyebabkan serangkaian kejadian bencana banjir dan tanah longsor.
"Data resmi masih dihitung, namun jika cuaca terus memburuk (hujan deras), kemungkinan jalan yang rusak juga akan terus bertambah," ujar Kepala Bidang Binamarga Dinas Binamarga dan Pengairan Kabupaten Pacitan, Suparlan, Senin.
Saat ini, lanjut dia, dari total panjang bentang infrastruktur jalan di Kabupaten pacitan yang mencapai 798 kilometer, sekitar 47,36 persen dinyatakan masih dalam kondisi baik.
Selebihnya kondisi infrastruktur jalan yang ada mengalami kerusakan dengan cukup parah sehingga mendesak dilakukan upaya rehabilitasi, baik dengan cara penambalan sementara maupun melapis ulang dengan aspal baru.
"Hujan memperburuk keadaan, apalagi banyak infrastruktur jalan umum di Pacitan yang
belum dilengkapi dengan saluran air sehingga kerusakan merambat kemana-mana," ujarnya.
Sebagaimana terlihat di sejumlah ruas jalan protokol kota dan penghubung menuju wilayah-wilayah kecamatan, kerusakannya sangat parah.
Selain lapisan aspal yang mengelupas sehingga menyisakan tonjolan-tonjolan batu sisa pengerasan yang ada di bawahnya, banyak lubang yang membahayakan pengguna jalan.
Kerusakan tersebut di antaranya terlihat di wilayah Ngunut, Kecamatan Bandar, jalan penghubung Kecamatan Tegalombo dan Tulakan, serta Pentung dan Jetak di Kecamatan Tulakan.
Menurut Suparlan, munculnya genangan air dan rendaman banjir menimbulkan dampak kerusakan secara cepat pada badan jalan. Sebab secara teknis, lanjut dia, ketika pondasi telah bercampur dengan air membuat kondisinya menjadi jenuh dan selanjutnya akan berimbas pada permukaan aspal.
"Aspal akan menjadi labil. Jadi ketika dilalui kendaraan (permukaan aspal) akan bergeser dan pecah. Apalagi jika bebannya tinggi," ungkapnya.
Untuk meminimalsir kerusakan pihak Dinas Bina Marga dan Pengairan mengupayakan pembuatan saluran air permanen di sisi jalan. Tujuannya jelas, yaitu agar air langsung tak sampai menggenang untuk waktu lama.
"Selain itu, pembersihan sampah maupun material lain di jalur saluran juga terus dilakukan agar aliran air lancar. Untuk jalan yang rusak sendiri saat ini penanganannya baru dilakukan secara darurat, misalnya dengan menutup lubang menggunakan batu dan lain sebagainya," imbuh Suparlan.
Tak hanya jalan, bencana banjir dan tanah longsor juga merusak sejumlah jembatan. Salah satu yang terbesar adalah jembatan Borang, Kecamatan Arjosari.
Sarana Penyeberangan itu sebenarnya baru selesai diperbaiki pada bulan September tahun 2012, namun karena kuatnya terjangan banjir dan arus Sungai Grindulu, sisi utara jembatan tersebut kembali putus. *
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013