Pamekasan - Pemilihan kepala daerah dan wakil kepada daerah di Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur, telah digelar pada 9 Januari 2013 dan berlangsung dengan aman dan kondusif. Sebanyak tiga pasangan cabup/cawabup bersaing dalam pesta demokrasi lima tahunan itu. Masing-masing pasangan calon Al-Anwari-Kholil (Ahok) dengan nomor urut 1, KH Kholilurrahman-Masduki (Kompak) dengan nomor 2 dan pasangan cabup/cawabup Achmad Syafii-Kholil Asy'ari (Asri) dengan nomor 3. Hasil rekapitulasi manual perolehan suara yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pamekasan, Jumat (12/1) menyebutkan, pasangan cabup/cawabup "Asri" unggul 44.434 suara suara dalam pelaksanaan pilkada dibanding pasangan nomor 2, Kompak. "Asri menang di delapan kecamatan, yakni Kecamatan Pamekasan, Pakong, Tlanakan, Proppo, Galis, Larangan, Waru, dan Kecamatan Pademawu," kata Ketua KPU Jatim Andre Dewanto. Dari 13 kecamatan yang ada di Kabupaten Pamekasan, Ahok berhasil meraih dukungan 6.905 suara atau 1,49 persen, Kompak meraih dukungan 205.902 suara atau 44,45 persen dan Asri meraih dukungan 250.336 suara atau 54,51 persen. Dari tiga pasangan cabup/cawabup yang bersaing pada pilkada 9 Januari 2013 ini, hanya dua pasangan yang dianggap oleh masyarakat Pamekasan sebagai calon yang sebenarnya, yakni pasangan cabup/cawabup "Kompak" dengan nomor urut 2 dan pasangan "Asri" dengan nomor 3. Sedangkan "Ahok" lebih dikenal sebagai calon bayangan yang diberangkat oleh cabup yang menjadi pejabat saat ini (incumben), KH Kholilurrahman. Anggapan sebagian besar masyarakat bahwa "Ahok" bukan calon yang sesungguhkan, tentu bukan tanpa alasan. Pertama, selama ini Al-Anwari merupakan staf ahli Bupati Pamekasan KH Kholilurrahman yang juga menjadi calon dalam pilkada 2013. "Yang kedua, saat waktu kampanye 'Ahok' tidak mengkampanyekan dirinya sendiri, melainkan mengajak masyarakat untuk memilih cabup/cawabup Kompak," kata tim sukses pasangan cabup/cawabup Asri Khairul Kalam. Kecurigaan bahwa pasangan cabup/cawabup 'Ahok' ini sebagai calon bayangan ketika KPU setempat, mencoret pasangan 'Asri' karena wakilnya Kholil Asy'ari memiliki nama ganda, yakni antara Halil dengan Kholil Asy'ari. Nama Halil, digunakan saat mendaftarkan dirinya sebagai bakal calon wakil bupati Pamekasan mendampingi Achmad Syafii, sedangkan nama Kholil Asy'ari digunakan yang bersangkutan saat mengundurkan diri dari jabatanya sebagai Ketua DPRD Kabupaten Pamekasan. Saat pasangan Asri dicoret, maka pilkada akan tetap digelar, karena sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang belaku, pilkada harus diulang, hanya apabila ada satu pasangan calon. Namun, baik "Kompak" maupun "Ahok" mengelak tudingan ini, termasuk tudingan adanya konspirasi dengan institusi penyelenggara pilkada, yakni KPU untuk melengserkan pasangan "Asri" dalam bursa pencalonan. "Saya tidak pernah memerintah KPU untuk mencoret Asri, dan perlu diketahui bahwa KPU itu adalah lembaga penyelenggara pilkada bukan dibawah institusi pemkab Pamekasan," kata cabup Kholilurrahman. Senada dengan Kholilurrahman, staf ahlinya Al-Anwari juga membantah adanya upaya konspirasi untuk 'melengserkan' Asri dalam pencalonan pada Pilkada Pamekasan. Bahkan kepada wartawan pria asal wilayah utara Pamekasan ini mengaku, mencalonkan diri sebagai bupati Pamekasan atas keinginannya sendiri, bukan karena Kholilurrahman, meski Anwari sendiri mengakui, selama ini memang sering membantu yang bersangkutan dalam banyak hal. "Kalau saya mencalonkan diri sebagai bupati, itu serius, bukan main-main," kata Al Anwari. Pencoretan pasangan Asri oleh KPU Kabupaten Pamekasan sendiri, sempat membuat tim sukses "Asri" panik. Sejak saat itu gelombang unjuk rasa oleh ribuan pendukung dan simpatisan pasangan ini terus digelar. Baik ke kantor KPU ataupun ke DPRD Pamekasan. Bahkan, beberapa kelompok pendukung Asri sempat mendirikan tenda di depan kantor DPRD dan di depan kantor KPU di Jalan Brawijaya Pamekasan selama berhari-hari. Tidak hanya itu saja, "Asri" juga memprotes kebijakan KPU mencoret pasangan itu ke PTUN dan Dewan Kehormatan Penyelenggaran Pemilu (DKPP) di Jakarta. Hasilnya, kebijakan KPU Kabupaten Pamekasan dinyatakan bersalah dan melanggar kode etik pilkada, dan lima anggota komisioner KPU Pamekasan dipecat dan penyelenggaraan pilkada Pamekasan ditangani langsung oleh KPU Jatim. Dalam putusan itu, DKPP memerintahkan agar pasangan calon bupati yang diusung Partai Demokrat, PAN, PPP, Hanura dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu dimasuknya sebagai calon bupati dengan nomor urut 3. Perang Isu Keputusan DKPP yang memerintahkan kepada KPU agar pasangan cabup/cawabup "Asri" masuk sebagai calon dalam pilkada Pamekasan membuat tim sukses "Kompak" mengubah pola gerakan. Citra yang sering dipublikasikan tim ini, sebagai pasangan yang diusung mayoritas ulama, baik yang disiarkan di sejumlah media cetak maupun elektronik. Pada 25 Desember 2012, pasangan "Kompak" merilis sebanyak 20 kiai pengasuh pondok pesantren di Kabupaten Pamekasan telah menarik dukungan pada Asri dan memilih mendukung pasangan "Kompak". Juru bicara ulama dari Pesantren Sekar Anom, Pegantenan, Pamekasan KH. Nasiruddin, ketika itu menjelaskan, pencabutan dukungan terhadap calon bupati Pamekasan Achmad Syafii ini dilakukan dengan pertimbangan karena ulama lebih mengedepankan kebersamaan demi persatuan umat. "Pada pilkada 2008, kami ke-20 orang mendukung Syafii sebagai calon bupati. Demikian juga pada pemilu legislatif 2009 saat yang bersangkutan mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI dari Partai Demokrat," kata Nasiruddin menjelaskan. Namun, sambung dia, pada pilkada Pamekasan yang akan digelar 9 Januari 2013 itu, ke-20 kiai dan ulama pengasuh pondok pesantren ini, secara tegas menyatakan mencabut dukungannya pada Achmad Syafii. Mereka mengalihkan dukungan kepada "Kompak" dengan pertimbangan demi menjaga persatuan dan kekompakan antarulama. Dalam rilis yang diterima ANTARA, kiai-kiai pilar pendukung cabup Achmad Syafii yang mencabut dukungan itu diantaranya KH. Muafa Asyari, KH. Muzammil Bicorong, KH. Abd Hamid Mannan, KH. Qoyyim Karang Manggis, KH. Wasik Amsa Taman Sari, KH. Hasyim Rofii Sumber Anom, KH. Mudarris Batubintang, KH. Taufiqurrahman dari Sumber Anom, KH. Attoriq Lawangan Daya, Kecamatan Pademawu, Pamekasan. "Selain pertimbangan kekompakan para ulama, yang juga menjadi pertimbangan kami mencabut dukungan kepada cabup dari Partai Demokrat Achmad Syafii dan mengalihkan dukungan pada Kompak, karena persoalan visi dan misi yang menurut kami kurang sejalan," katanya menjelaskan. Menurut KH. Nasiruddin, cabup KH Kholilurrahman berkomitmen untuk memajukan pembangunan di Kabupaten Pamekasan dengan tetap mengedepankan nilai-nilai moral agama dan terciptanya tatanan masyarakat yang lebih agamis. Selain itu, sambung dia, selama memimpin Kabupaten Pamekasan KH Kholilurrahman, memang terbukti mampu menciptakan rasa aman di kalangan masyarakat, bahkan mampu mendamaikan konflik berdarah yang pernah terjadi di Pamekasan dalam kasus carok massal di Desa Bujur Tengah, Kecamatan Batumarmar, Pamekasan beberapa tahun lalu. "Dari sisi ini, kami menilai, KH Kholilurrahman memiliki nilai lebih dalam berupaya menciptakan perdamaian dan rasa aman di kalangan masyarakat," katanya menjelaskan. Di pihak lain, "Asri" juga tidak kalah gencar melakukan serangan isu dan pencitraan. Selain mempertahankan bahwa dirinya juga didukung ulama, pasangan cabup/cawabup ini menegaskan dirinya sebagai cabup/cawabup "antipoligami". Di berbagai media jejaring sosial seperti twitter dan facebook, wacana antipoligami yang dilancarkan tim "Asri" memang banyak mendapat simpati, khususnya kaum ibu-ibu dan remaja putri di Pamekasan. Tim pasangan cabup/cawabup ini juga mampu mencitrakan pada publik bahwa Asri adalah calon yang cocok untuk generasi muda dan kalangan remaja. Kampanye kreatif dengan membuat kafe remaja dengan memanfaatkan momen malam tahun 2013 adalah menjadi daya tarik tersendiri bagi kalangan pemuda dan remaja Pamekasan. "Jadi kampanye kreatif, serta isu strategis yang digunakan Asri ini yang saya kira mampu mendongkrak simpati masyarakat Pamekasan, disamping program yang dicanangkan memang lebih bagus," kata Direktur Central Political and Religious Studies (Centris) Sulaisi Abdurrazaq. Sejarah Baru Dosen ilmu politik Universitas Madura (Unira) Pamekasan, Drs Abu Bakar Basyarahil menilai, kemenangan pasangan cabup/cawabup Asri pada pilkada 9 Januari 2013 di Kabupaten Pamekasan itu, sebenarnya merupakan sejarah baru dalam dunia politik lokal Pamekasan secara khusus dan Madura pada umumnya. "Saya melihat, otoritas atau kemerdekaan pemilih dalam menentukan calon pilihannya semakin terbuka, sesuai dengan fakta politik pada pilkada saat ini," katanya. Dulu, kata dia, pilihan politik masyarakat lebih ditentukan oleh kiai. Sehingga calon yang didukung banyak kiai maka dia yang akan menang. Pasangan "Kompak" dalam pilkada Pamekasan mencitrakan dirinya kepada publik sebagai calon yang didukung oleh mayoritas kiai. "Dan perlu diketahui, kemerdekaan pemilih dalam menentukan pilihan politiknya ini hanyalah satu sisi dari faktor kemenangan Asri pada pilkada kali," kata Abu Bakar. Pria yang juga mantan anggota Panwaslu Kabupaten Pamekasan ini lebih lanjut menambahkan, faktor lain yang juga berpengaruh dalam mendapatkan simpati masyarakat adalah pencoretan pasangan itu oleh KPU Pamekasan, disamping kasus poligami, dan kinerja dari partai politik pendukungnya. Abu Bakar menyatakan, kebijakan KPU Pamekasan mencoret pasangan "Asri" justru sangat menguntungkan pasangan itu. Sebab dengan demikian "Asri" tercitra di kalangan masyarakat sebagai pihak yang teraniaya. Sementara, psikologi masyarakat Madura secara umum, kata dia, termasuk masyarakat Pamekasan adalah cendrung mengasihani orang yang teraniaya. "Jadi anggapan masyarakat Pamekasan ketika institusi penyelenggara pilkada mencoret pasangan 'Asri' adalah dilakukan oleh cabup incumben dalam hal ini Kompak, kendatipun secara institusional oleh KPU," katanya menjelaskan. Disamping itu, dengan adanya kasus pencoretan tersebut, "Asri" memiliki banyak petugas untuk melakukan publikasi kepada media secara gratis, karena dari sisi kacamata media, pencoretan yang hanya didasarkan pada perbedaan nama itu adalah sesuatu yang menarik. Apalagi, kasus yang sama juga terjadi pada cabup "Kompak" antara nama M Cholil pada ijazah MI-nya, dengan nama yang digunakan saat ini Kholilurrahman. Dekan Fakultas Ilmu Administrasi Negara ini lebih lanjut menjelaskan, selain pencoretan Asri, hal ini yang juga menjadi isu menarik bagi Asri dalam mendukungan masyarakat adalah isu "antipoligami". Bagi kaum ibu-ibu, isu antipoligami yang diusung "Asri" ini sangat menarik, apalagi pasangan cabup/cawabup lawannya, sempat diterpa isu itu dan pada saat yang sama, berbagai media nasional, baik cetak maupun elektronik masih gencar memberitakan kasus pernikahan singkat Bupati Garut, Aceng Fikri yang diprotes ibu-ibu dan masyarakat di wilayah itu. "Hal lain yang juga menjadi faktor pendukung kemenangan Asri karena mesin politik partai pendukungnya bekerja optimal, berbeda dengan partai pendukung pasangan cabup/cawabup Kompak," kata mantan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ini menjelaskan. Pelaksanaan pilkada di Kabupaten Pamekasan sempat dikhawatirkan oleh sebagian kalangan, karena sejak penetapan pasangan calon bupati dan wakil bupati situasi politik telah memanas. Polres Pamekasan menerjunkan sebanyak 2.048 personel guna mengamankan pelaksaan pilkada di 1.582 tempat pemungutan suara (TPS) yang digelar pada 9 Januari 2013 tersebut. Mereka itu merupakan petugas gabungan dari unsur Polres, Polda Jatim, dan TNI dari Kodim 0826 Pamekasan. "Alhamdulillah, berkat dukungan semua pihak, pilkada Pamekasan ini berlangsung dengan aman lancar, hingga proses rekapitulasi manual selesai digelar. Kendatipun ada sedikit gangguan, tapi telah berhasil diatas, baik oleh petugas, KPU ataupun Panwaslu," kata Kapolres Pamekasan AKBP Nanang Chadarusman menjelaskan. (*)

Pewarta:

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2013