BI Jember Prediksi Inflasi November 0,15 Persen
Jumat, 30 November 2012 14:09 WIB
Jember - Bank Indonesia Jember memprediksi inflasi bulan November 2012 di Kabupaten Jember, Jawa Timur, mencapai 0,15 persen atau menurun dibandingkan bulan Oktober yang mencapai 0,28 persen.
"Tekanan inflasi November diperkirakan cenderung melemah setelah hari raya keagamaan dan tidak adanya ekspektasi kenaikan komoditas bahan pokok," kata Deputi Pemimpin BI Jember Bidang Ekonomi Moneter, Dwi Suslamanto, di Jember, Jumat.
Angka inflasi atau indeks harga konsumen (IHK) di Jember pada bulan Oktober 2012 sebesar 0,28 persen dan merupakan inflasi tertinggi dibandingkan kabupaten/kota lain di Jawa Timur.
Penyumbang inflasi terbesar pada bulan Oktober adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau yang mencapai 1,20 persen, terutama harga makanan jadi yang meningkat menjadi 2,13 persen.
Menurut Dwi, perkembangan harga sejumlah komoditas pada November akan lebih terkendali dibandingkan Oktober dan inflasi diprediksi kembali meningkat pada Desember 2012.
"Rendahnya inflasi pada bulan November dipengaruhi oleh normalnya konsumsi masyarakat setelah Hari Raya Idul Adha, semakin menurunnya tekanan permintaan akibat menurunnya penghasilan, lancarnya pasokan barang konsumsi, dan tidak adanya indikasi kebijakan kenaikan 'administered price' di Jember," paparnya.
Kendati demikian, kata dia, ada beberapa faktor risiko yang berpotensi mendorong kenaikan inflasi yang tetap perlu diwaspadai antara lain kenaikan harga bahan bangunan dan biaya tenaga kerja seiring dengan finalisasi proyek pemerintah.
"Usulan upah minimum kabupaten (UMK) Jember sebesar Rp1.040.000 dikhawatirkan memicu harapan pedagang untuk menaikkan harga bahan pokok dan dapat berpengaruh pada kenaikan inflasi," katanya.
Ia menjelaskan beberapa catatan yang dihasilkan tim teknis pengendali inflasi antara lain usulan pembangunan terminal barang dan renovasi jembatan timbang segera diselesaikan tahun 2013 sebagai pusat distribusi untuk membantu kelancaran barang, dan pencatatan barang.
Kemudian sistem keuangan resi gudang berbasis koperasi tani yakni koperasi tani akan mengelola dua usaha meliputi pergudangan dan simpan pinjam, resi dari penyimpanan beras/padi di gudang koperasi dapat dijadikan agunan untuk pinjaman di koperasi, serta penguatan program pemanfaatan pekarangan melalui program "urban farming" oleh Dinas Pertanian.(*)