Pemkot Malang Pulangkan Anak Jalanan dan Pengemis
Rabu, 1 Agustus 2012 9:59 WIB
Malang - Pemerintah Kota Malang memulangkan puluhan anak jalanan dan pengemis yang terus bermunculan di daerah itu ke daerah asal mereka.
Kepala Bidang Sosial Dinas Tenaga kerja dan Sosial (Disnakersos) Kota Malang, Pipih Triastuti, Rabu mengatakan, setelah dilakukan razia di sejumlah jalan protokol, terjaring 26 anak jalanan dan pengemis yang sedang menjalankan tugasnya.
"Anak jalanan dan pengemis yang terjaring razia ini kami bina dan kami inapkan dulu selama semalam di Liponsos untuk memberikan efek jera. Biasanya, mereka yang pernah ditangkap dan diinapkan di Liponsos minta dikembalikan karena masih punya keluarga," tegasnya.
Bagi mereka yang berasal dari luar Kota Malang akan dikembalikan ke daerah asalnya dan yang asli warga Malang dikembalikan ke keluarganya masing-masing.
Sejumlah anak jalanan dan pengemis tersebut berasal dari Kabupaten Malang, Blitar, Tulungagung, Pasuruan, dan Banyuwangi. Disamping beberapa yang asli warga Kota Malang.
Ia mengakui, operasi simpatik anak jalanan dan pengemis tersebut dilakukan karena kehadirannya dianggap sebagian masyarakat menganggu kenyamanan dan ketertiban umum.
Menurut dia, operasi simpatik itu tidak hanya dilakukan sekali saja, namun dilakukan secara intensif, apalagi selama Bulan Ramadhan, terutama di perempatan jalan-jalan protokol.
Sementara Kepala Satpol PP Kota Malang RR Diana Ina Wahyu mengakui, setiap Bulan Ramadhan jumlah anak jalanan dan pengemis selalu meningkat. Pada umumnya mereka adalah drop-dropan dari berbagai daerah di sekitar Malang.
"Tahun-tahun sebelumnya juga demikian, setiap Bulan Ramadhan jumlahnya semakin banyak, bahkan hampir di setiap sudut perempatan jalan selalu 'dihuni' oleh anak-anak jalanan dan pengemis ini," tandasnya.
Menyikapi semakin maraknya anak-anak jalanan dan pengemis di Kota Malang, Wakil Ketua Komisi D DPRD Kota Malang Rahayu Sugiarti mendesak agar pemkot setempat memberikan pembinaan dan latihan kerja bagi mereka.
"Pelatihan kerjanya tidak perlu yang muluk-muluk, yang sederhana dan mudah dimengerti saja, yang penting bisa diterapkan dan mampu membawa dampak keekonomian bagi mereka," katanya.(*)