Kaleidoskop, demikian mata acara dan rubrikasi yang belakangan banyak tersaji di berbagai media massa. Kilas balik aneka peristiwa yang telah terjadi, disuguhkan secara singkat di penghujung tahun. Penyajian ini tentu bukan tanpa makna, karena dalam kilas balik terkandung arti introspeksi, evaluasi dan konsep ke depan. Artinya, kejadian atau peristiwa sekecil apapun di masa lalu, bisa menjadi pelajaran berharga untuk meraih masa depan yang lebih baik. Peristiwa sosial yang terhampar selama setahun terakhir, menjadi bahan kajian untuk mendudukkan potret yang nyata tentang hidup dan kehidupan saat ini. Tapi, potret itu tidak akan memberikan makna apa-apa jika tidak ada tindak lanjut, apalagi abai. Banyak aspek yang bisa menjadi bahan renungan, kajian dan pelajaran, jika mau menyisirnya. Aspek hukum, aspek ekonomi, aspek sosial budaya dan aspek politik barangkali hanya pemilahan untuk mencoba menyisir aspek-aspek yang berkembang di masyarakat, meskipun sebenarnya masih ada perspektif lain dalam kehidupan yang dapat menjadi bahan renungan. Kasus Mesuji, kekacauan di Papua, tingginya ekspektasi masyarakat terhadap kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi, masih adanya Tenaga Kerja Indonesia yang teraniaya di Luar Negeri, problem kemiskinan, ancaman banjir dan tanah longsor, serta tidak beresnya pembuatan KTP elektronik, tampaknya lebih dari cukup untuk menjadi contoh. Khusus di Jatim, persoalan yang patut dijadikan contoh evaluasi, antara lain ganti rugi korban Lumpur Lapindo yang tak kunjung tuntas, kasus penembakan warga sipil di Sumenep dan Sidoarjo, perseteruan DPRD dan Pemerintah Kota Surabaya, Blok Cepu, ruwetnya PSSI, pro-kontra pengelolaan Kebun Binatang Surabaya, bebasnya tiga bupati dari jerat korupsi yakni Bupati Lumajang, Pasuruan, dan Jember, dan tenggelamnya kapal imigran di perairan Pantai Prigi, Trenggalek, yang menelan banyak korban jiwa. Kejadian demi kejadian tersebut tampaknya seperti berdiri sendiri-sendiri, namun jika dilihat secara makro, bisa jadi peristiwa-peristiwa itu ada benang merahnya, kendati tidak secara langsung. Campur tangan manusia sangat besar di dalamnya. Karena itu, introspeksi menjadi sangat penting. Manusia yang hakekatnya sebagai khalifah di muka bumi, berkewajiban untuk memakmurkan bumi, melakukan perbaikan dan tidak membuat kerusakan diatasnya. Dalam tuntunan agama, manusia adalah makhluk yang dibebani dengan syariat dan harus mempertanggungjawabkan segala perbuatannya. Kendati begitu, dalam konteks kehidupan, tampaknya tidak ada kata terlambat untuk terus berjuang menemukan perubahan yang lebih baik. Waktu dan perubahan barangkali seperti sekeping mata uang, satu sisi dengan sisi lainnya saling terkait dan tidak bisa dipisahkan. Satu dengan lainnya saling berhubungan untuk memberikan nilai di alam yang fana di muka bumi ini. Waktu terus bergulir, sementara perubahan terus menyatu dalam keniscayaan. Waktu merupakan sumber daya dalam kehidupan ini. Keberadaannya terus mengalir, tidak bisa dibendung . Bahkan, waktu juga tidak bisa ditabung. Waktu mengalir begitu saja, kemudian berlalu dan tidak pernah kembali lagi. Oleh karena itu, waktu sebagai sumber daya, harus dikelola secara efektif dan efisien. Jatah waktu setiap orang sama, 24 jam sehari. Orang sukses maupun orang kurang beruntung, memperoleh alokasi waktu yang sama, tidak kurang dan tidak lebih. Melalui pengelolaan waktu yang baik, diharapan siapapun mampu memberikan nilai tambah bagi kehidupanya, tak terkecuali dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ada yang mengibaratkan hidup manusia seperti sebuah buku. Sampul depan adalah tanggal lahir dan sampul belakang adalah tanggal mati. Tiap lembarnya adalah hidup manusia. Ada buku yang tebal dan ada juga yang tipis. Sehebat atau seburuk apapun halaman sebelumnya, selalu tersedia halaman berikutnya yang bersih, baru dan tanpa cacat, sama seperti hidup kita. Seburuk apapun hari kemarin, Tuhan telah menyediakan hari baru untuk bertaubat, untuk melakukan sesuatu yang benar tiap hari, memperbaiki kesalahan, melanjutkan alur cerita yang sudah ditetapkan-Nya. Selamat Tahun Baru, semoga kita bisa mengisi lembaran-lembaran hidup di tahun 2012 lebih baik dan mulia. (*)
Kaleidoskop
Minggu, 25 Desember 2011 5:48 WIB