Calhaj Pacitan Berangkat Dalam Keadaan Sakit
Rabu, 26 Oktober 2011 4:29 WIB
Pacitan - Imam Sukarno (65), calon haji (calhaj) Kabupaten Pacitan, berangkat ke tanah Suci Mekah meski dalam kondisi sakit parah sehingga membuatnya harus dipandu menggunakan kursi roda.
"Sebenarnya kami telah melarang berangkat. Namun karena memaksa dan dokter menyatakan kesehatannya memungkinkan, beliau diizinkan ikut berangkat bersama 147 calhaj lain dari Pacitan," ujar Kasi Haji dan Umroh Kantor Kementrian Agama (Kemenag) Pacitan Siti Aisyiah, Selasa.
Ia tak menjelaskan secara detail jenis penyakit yang diderita oleh Imam Sukarno. Siti hanya mengatakan bahwa sakit yang diderita kakek paruh baya tersebut tergolong parah sehingga membuatnya sempat menjalani perawatan inap selama beberapa hari.
Dokter yang menangani bahkan telah berulangkali mengingatkan agar Imam Sukarno istirahat total dan menunda rencana keberangkatannya ke Tanah Suci.
Namun, imbauan dokter rupanya tidak membuat tekad Imam Sukarno untuk menunaikan ibadah rukun Islam kelima itu surut. Tekad kuat Imam untuk berhaji pada akhirnya membuat panitia dan tim medis luruh.
"Dokter akhirnya membolehkan, tetapi karena fisiknya lemah, dia harus ditandu menggunakan kursi roda," terangnya.
Sesuai jadwal, rombongan calhaj dari Kabupaten Pacitan bertolak ke Surabaya, Selasa malam. Berangkat dari Pendopo kabupaten sekitar pukul 23.00 WIB dan diperkirakan masuk asrama haji Sukolilo, Surabaya, Rabu pagi.
Sesampainya di asrama haji, para calon tamu Allah ini kemudian akan mendapat pembagian dokumen seperti paspor, visa, dan buku kesehatan.
Setelah beristirahat semalam, rombongan pada Kamis (27/10) pagi dijadwalkan menuju bandara Juanda.
Calhaj Kabupaten Pacitan akan tergabung dalam kelompok terbang (kloter) 74 gelombang 2 bersama jamaah dari Kabupaten Ngawi, Kota Pasuruan dan Kota Surabaya, dengan total rombongan sebanyak 450 orang
Untuk kuota haji di Kabupaten Pacitan, kata Siti Aisyah, sudah mencapai daftar tunggu hingga tahun 2021. Besarnya animo masyarakat untuk menjalankan rukun Islam kelima ini menurut Aisyiah, menjadi bukti bahwa kesadaran dan kemapanan ekonomi masyarakat Pacitan semakin baik. (*)