Ramadhan adalah bulan istimewa. Bagi umat Islam Indonesia, Ramadhan kali ini lebih istimewa lagi karena peringatan hari kemerdekaan RI ada di dalamnya. Bahkan, proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 saat itu juga bertepatan dengan Ramadhan.
Lebih istimewa lagi, 17 Agustus tahun ini juga bertepatan dengan 17 Ramadhan yang dikenal dengan Nuzulul Quran atau turunnya Al Quran. Dalam banyak literatur, Nuzulul Quran merujuk pada turunnya ayat pertama surat Al Alaq yang merupakan perintah dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dan umatnya untuk membaca.
Karena merupakan perintah langit dan menjadi pembuka turunnya wahyu, maka pekerjaan membaca bukan sesuatu yang remeh. Membaca tentu merupakan ibadah yang memiliki kedalaman spiritual yang istimewa di hadapan Sang Khaliq.
Berkaitan dengan kemerdekaan, membaca adalah keadaan dimana seseorang betul-betul merdeka. Membaca tidak membatasi seseorang dengan ruang dan waktu, batas teritorial dan lainnya. Dengan membaca, pikiran dan wawasan seseorang bisa berkelana ke mana saja.
Karena itu, ulama-ulama terdahulu dikenal sebagai pembaca yang handal dan tidak jarang tidur dalam keadaan selalu ada buku di dadanya. Contoh-contoh ulama terdahulu yang kecanduan buku atau kitab itu banyak diceritakan dalam buku "Spiritual Reading" karya Dr Raqhib As-Sirjani.
Raqhib menulis bahwa saat Perang Badar, Rasulullah meminta orang musyrik yang menjadi tawanan perang untuk menebus dirinya dengan mengajarkan cara membaca dan menulis pada 10 orang Muslim. Sudah pasti memiliki alasan kuat mengapa Nabi tidak memilih tebusan yang lain.
Karena kekuatan yang memerdekakan, maka membaca memiliki dampak yang luar biasa bagi kehidupan sesorang dan suatu bangsa. Secara individu, tidak sedikit orang yang di kemudian hari meraih sukses setelah membaca sebuah atau beberapa buku yang menginspirasi.
Secara komunal, bacaan juga akan mempengaruhi masa depan suatu bangsa.
Prof Dr M Quraish Shihab, seorang ahli tafsir dalam bukunya "Wawasan Al Quran" menulis dampak dari bacaan sebagaimana hasil penelitian seorang guru besar Harvard University yang dilakukannya di 40 negara untuk mengetahui kemajuan dan kemunduran negara-negara itu.
Hasil penelitian itu menunjukkan bahwa salah satu faktor utama kemajuan dan kemunduran suatu negara itu adalah materi bacaan dan sajian yang disajikan, khususnya kepada generasi muda.
Menurut penelitian itu, setelah 20 tahun generasi muda tersebut berperan dalam berbagai aktivitas, pada hakikatnya peranan mereka itu diarahkan oleh kandungan bacaan dan sajian yang disuguhkannya itu. Begitulah dahsyatnya bacaan.
Menurut Quraish, itulah rahasia mengapa 20 tahun, dua bulan dan 22 hari lamanya ayat-ayat Al Quran silih berganti turun dan selama itu pula Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya tekun mengajarkan Al Quran dan membimbing umatnya.
Hingga akhirnya mereka berhasil membangun masyarakat yang di dalamnya terpadu ilmu dan iman, nur dan hidayah, keadilan dan kemakmuran.
Perintah Membaca, Nuzulul Quran dan 17 Agustus
Senin, 15 Agustus 2011 14:56 WIB