Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mendesak gencatan senjata segera oleh Israel dan gerilyawan Palestina, yang saling melancarkan bom dan serangan udara ke Gaza.
“Pertempuran harus berhenti segera. Saya mendorong semua pihak untuk menghentikan permusuhan sekarang dan mengulangi seruan saya kepada semua pihak untuk melakukan gencatan senjata secepatnya,” kata Guterres di hadapan Majelis Umum PBB, New York, Kamis (20/5), seperti dipantau melalui situs resmi PBB.
Berdasarkan data PBB per 19 Mei, pemboman yang dilakukan pasukan Israel di Gaza telah merenggut nyawa 208 warga Palestina termasuk 60 anak-anak.
Di lain pihak, serangan roket yang dilancarkan kelompok Hamas yang mengontrol wilayah Palestina di Gaza, mengakibatkan 12 korban jiwa termasuk 2 anak-anak di sisi Israel.
Selain itu, Guterres juga memaparkan kerusakan infrastruktur serta terganggunya pasokan logistik yang mengharuskan segera dibukanya akses pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Lebih lanjut, Sekjen PBB menyoroti pentingnya perlindungan terhadap warga sipil serta penggunaan kekuatan secara proporsional dalam perang.
Merujuk pada klaim Israel yang menyatakan serangan mereka berdasarkan pembelaan diri dari serangan teroris, Guterres menegaskan bahwa pembenaran apapun termasuk kontra terorisme harus didasarkan pada hukum humaniter internasional yang mensyaratkan penggunaan kekerasan secara proporsional dan menahan diri dalam melakukan operasi militer.
Di sisi lain, ia juga mendesak Hamas serta militan Palestina lainnya untuk menghentikan peluncuran roket dan mortar tanpa pandang bulu ke pusat-pusat penduduk Israel.
Lebih lanjut Guterres menjelaskan bahwa pertempuran terbaru antara Israel dan Palestina tidak dapat dipisahkan dari isu utama yaitu pendudukan yang telah berlangsung selama berpuluh tahun, dan telah semakin menjauhkan kedua pihak dari meja negosiasi.
Untuk itu, Guterres menyerukan komunitas internasional untuk membantu dimulainya kembali negosiasi untuk mengakhiri pendudukan Israel, dan memungkinkan realisasi “solusi dua negara” berdasarkan garis batas 1967, resolusi PBB, serta hukum internasional, dan kesepakatan bersama dengan Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan Palestina.
“PBB sangat berkomitmen untuk bekerja dengan Israel dan Palestina serta dengan mitra internasional dan regional kami, termasuk Kuartet Timur Tengah, untuk mewujudkan perdamaian yang langgeng dan adil,” kata mantan perdana menteri Portugal itu.
“Hanya dengan memperbarui komitmen kita dan meningkatkan upaya kita menuju solusi yang dinegosiasikan, kita dapat mengakhiri kekerasan dan kebencian ini,” tutur Guterres, melanjutkan. (*)