Surabaya (ANTARA) - Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur Difi A. Johansyah menyebut larangan mudik yang dikeluarkan pemerintah tidak akan mengganggu permintaan masyarakat, sehingga dirinya tetap optimistis ekonomi akan tetap terkerek naik saat Lebaran.
"Kemarin sudah kami hitung semua, bahkan terkait larangan mudik. Jadi saya rasa tidak akan menggangu ekonomi yang kini sedang tumbuh," kata Difi, ditemui usai acara Pelatihan Wartawan dengan tema Sinergi Mendukung Bangga Wisata Jawa Timur di Surabaya, Sabtu.
Difi juga menyebut larangan mudik juga tidak mempengaruhi sejumlah harga kebutuhan pokok secara signifikan di Jawa Timur, sebab beberapa komoditas sudah terpantau stabil, seperti saat sebelum Ramadhan.
Sebelumnya, BI Jatim memprediksi momen Lebaran tahun 2021 akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi setempat, dengan mengalami peningkatan secara umum pada triwulan II/2021 sebesar 2-3 persen, karena tingginya daya beli masyarakat.
Difi mengatakan secara umum grafik ekonomi Jawa Timur memang masih sulit diprediksi, sebab pertumbuhannya masih tergantung pada permintaan masyarakat dan daya beli juga masih landai belum ada pergerakan signifikan.
"Namun, kami optimistis bahwa ekonomi Jatim akan tumbuh diatas 5,3 persen, karena industri manufaktur di Jatim juga sudah mulai bergerak.”ujarnya.
Bahkan, kata Difi, komoditas beras juga akan mengalami surplus, karena sebentar lagi beberapa wilayah Jawa Timur mengalami panen.
Sementara itu, larangan mudik Lebaran 2021 tertuang dalam Surat Edaran Kepala Satgas Penanganan COVID-19 No. 13 Tahun 2021 tentang Peniadaan Mudik pada Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri Tahun 1442 Hijriah selama 6-17 Mei 2021.
Larangan tersebut diberlakukan untuk moda transportasi darat, laut dan udara.
Pemerintah juga telah menetapkan aturan terkait larangan pengoperasian seluruh moda transportasi darat, laut, udara, dan kereta api pada 6-17 Mei 2021