Surabaya (ANTARA) - Pengamat politik Universitas Trunojoyo Madura Surokim Abdussalam menilai kemenangan Pasangan Cawali dan Cawawali Surabaya Eri Cahyadi dan Armuji berdasarkan hitung cepat lembaga survei merupakan bukti pemilih PDIP sulit digoyahkan kendati ada faksi-faksi.
"Surabaya masih menjadi basis tradisional pemilih PDIP sulit digoyahkan kendati ada faksi-faksi yang bersaing mengoyang di dalam. Tetapi itu sulit berpengaruh ke pemilih ideologis PDIP," kata Surokim di Surabaya, Kamis.
Selain itu, lanjut dia, faktor yang mendongkrak suara Eri-Armuji sehingga leading di hitung cepat atau quick count adalah faktor Risma efek.
Menurutnya, Risma tetap menjadi magnet kuat karena tingkat kepuasaan terhadap Risma tinggi relatif 90 persen.
"Magnitude Risma ini melampaui semua pengaruh personal di Surabaya bahkan bisa melampaui pengaruh partai," katanya.
Tidak hanya itu, lanjut dia, beredarnya video hancurkan Risma yang dinilai membuat sentimen negatif dalam kontestasi di Surabaya sehingga kian menyolidkan pemilih ibu-ibu yang sentimentil dan merasa ikut terzhalimi.
"Eri jadi sosok paling beda di antara empat kandidat karena paling muda dan good looking. Eri relatif diuntungkan berada di usia produktif yang sejalan dengan habit dan tren pemilih milenial," katanya.
Terakhir, kata dia, bisa jadi penguasaan data, sense of crisis dan debat yang santun sehingga bisa menunjukkan penguasaan ketenangan dan solutif terhadap permasalahan kota. Selain itu, kinerja Eri dalam membangun kota dinilai paling pas sebagai suksesor Risma.
Adapun hasil hitung cepat yang dilakukan oleh sejumlah lembaga survei di antaranya Populi Center menyebut Paslon Eri-Armuji (Erji) raih suara 56,51 persen dan Machfud-Mujiaman (Maju) 43,49 persen, Surabaya Survey Center (SSC) Erji 57,34 persen dan Maju 42,66 persen, Poltracking Erji 57,41 persen dan Maju 42,59 persen dan Charta Politika Erji 56,28 persen dan Maju 43,72 persen.
Pengamat: Kemenangan Eri-Armuji bukti pemilih PDIP di Surabaya sulit digoyahkan
Kamis, 10 Desember 2020 9:53 WIB