Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Menteri Pendidikan Nasional di era kepemimpinan Megawati Soekarnoputri 2001-2004, Prof. Dr. (H.C.) Drs. H. Abdul Malik Fadjar, M.Sc. dikabarkan meninggal dunia pada Senin (7/9), kurang lebih pada pukul 19.00 WIB.
Kepala Humas dan Protokoler Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Sugeng Winarno mengatakan bahwa Profesor Malik Fadjar meninggal dunia pada usia 81 tahun, usai menjalani perawatan di Rumah Sakit Mayapada, Kuningan, Jakarta Selatan.
"Beliau menghembuskan nafas terakhir pada pukul 19.00 WIB, di Rumah Sakit Mayapada, Jakarta Selatan," kata Sugeng, dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA, di Kota Malang, Jawa Timur, Senin malam.
Malik Fadjar lahir di Yogyakarta pada 22 Februari 1939, dan dikenal sebagai tokoh bangsa yang sangat peduli pada dunia pendidikan. Malik Fadjar merupakan Ketua Badan Pembina Harian (BPH) UMM dan pernah menjabat sebagai Rektor UMM periode 1983-2000.
Sebagai anak seorang guru yang juga aktivis Muhammadiyah, Malik Fadjar adalah sosok yang mewarisi jiwa aktivisme dan kepemimpinan ayahnya, Fadjar Martodiharjo yang di kalangan Muhammadiyah dikenal sebagai tokoh yang bijaksana dan mengayomi.
Darah guru terbukti menancap kuat dalam dirinya, terutama sejak ia menjadi guru agama di daerah terpencil di Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 1959, di Sekolah Rakyat Negeri (SRN) Taliwang.
Selepas dari SRN Taliwang, Malik Fadjar mengajar di Sekolah Guru Bantu (SGB) Negeri dan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) Sumbawa Besar NTB pada rentang 1960-1963, dan menjadi dosen Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Malang pada 1972.
Selain itu, Ia juga menjadi dosen dan dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) hingga 1983. kiprahnya berlanjut menjadi Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) pada 1994-1995, dan Rektor UMM pada 1983-2000.
"Selama puluhan tahun menjadi guru di Muhammadiyah, Malik Fadjar tak sekadar menjadi seorang pendidik, tapi juga berkontribusi besar membangun sekolah-sekolah Muhammadiyah dan perpustakaan desa di daerah Yogyakarta dan Magelang," tambah Sugeng.
Kesuksesannya dalam mengembangkan pendidikan, terutama pendidikan Islam, membuat Malik fadjar kian disegani dalam dunia pendidikan Indonesia. Terlebih, Ia mampu membawa UMM yang semula tak begitu dipandang menjadi kampus yang disegani pada tingkat nasional, bahkan internasional.
Malik Fadjar ditunjuk menjadi Menteri Agama di era Presiden BJ Habibie pada 1998-1999 dan Menteri Pendidikan Nasional di era kepemimpinan Megawati Soekarnoputri 2001-2004.
Bahkan, ia juga sempat menjabat Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) ad-interim menggantikan Jusuf Kalla yang ketika itu mencalonkan diri sebagai wakil presiden pada Pemilu 2004.
Selain itu, Malik Fadjar juga aktif di Ikatan Cendekiwan Muslim Indonesia (ICMI) dan Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial (HIPIIS).
Malik memulai pendidikannya di SRN Pangenan Kertoyudan, Magelang, Jawa Tengah pada 1947. Ia selanjutnya bersekolah di Pendidikan Guru Agama Pertama Negeri (PGAPN) Magelang pada 1953 dan Pendidikan Guru Agama Atas Negeri (PGAAN) Yogyakarta pada 1957.
Kemudian Ia melanjutkan kuliah di IAIN Sunan Ampel Malang pada 1963 dan meraih gelar Sarjana Pendidikan Kemasyarakatan Islam pada 1972. Pada 1979, Ia melanjutkan studinya di Florida State University, Amerika Serikat, dan meraih gelar Master of Science di bidang pengembangan pendidikan pada 1981.
Kepakarannya di bidang pendidikan kian lengkap setelah Malik dikukuhkan sebagai Guru Besar pada Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel pada 1995. Pada 2001, Malik mendapat gelar kehormatan Doktor Honoris Causa di bidang kependidikan Islam dari Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Malik Fadjar, memulai dari praktisi pendidikan paling dasar, birokrat pendidikan, hingga cendekiawan Muslim yang senantiasa berpikir soal kemajuan bangsanya. Ibarat pena, Malik Fadjar adalah tinta yang tak pernah habis. Guru adalah jiwanya. (*)
Mantan Menteri Profesor Malik Fadjar tutup usia
Senin, 7 September 2020 22:06 WIB
Malik Fadjar tak sekadar menjadi seorang pendidik, tapi juga berkontribusi besar membangun sekolah-sekolah Muhammadiyah dan perpustakaan desa di daerah Yogyakarta dan Magelang