Jember, Jawa Timur (ANTARA) - Diplomat Ahli Utama Kementerian Luar Negeri Prayitno Atiyono berharap para diplomat menjadi pemasar andalan produk kopi Indonesia karena kopi menjadi salah satu kekuatan ekonomi Indonesia dan sekaligus berpotensi sebagai pilar diplomasi Indonesia.
"Peran para diplomat Indonesia dapat melaksanakan marketing intellegence dalam bidang kopi,menggalang kekuatan diaspora Indonesia, dan menghubungkan pelaku usaha kopi Indonesia dengan pengusaha di negara dimana dia bertugas," katanya dalam webinar yang digelar Universitas Jember, Jawa Timur, Sabtu sore.
Menurutnya, kegiatan marketing intellegence di antaranya mencari informasi mengenai regulasi perdagangan kopi yang ada, memantau kompetitor, serta mencari informasi mengenai selera kopi yang ada di sebuah negara.
"Para diplomat juga diminta merintis kerja sama bisnis dengan pelaku usaha setempat, termasuk aktif mempromosikan kopi Indonesia dengan melibatkan keberadaan diaspora Indonesia yang ada," kata Duta Besar Kopi Indonesia itu.
Ia juga meminta eksportir kopi Indonesia mulai melirik pasar Amerika Latin, bahkan kedutaan besar Indonesia di Argentina, Chile dan negara lainnya siap memfasilitasi promosi kopi Indonesia di kawasan itu.
Kesiapan mempromosikan kopi Indonesia disampaikan Duta Besar Indonesia untuk Finlandia dan Estonia yang berkedudukan di Helsinki, Ratu Silvy Gayatri yang mengatakan Finlandia adalah pasar potensial kopi Indonesia mengingat konsumsi kopinya mencapai 12 kilogram per orang per tahun.
"Indonesia punya banyak speciality coffee seperti kopi Toraja, Gayo, Ijen dan lainnya yang memiliki ciri khas yang berbeda dengan kopi negara lainnya," katanya.
Namun, kekhasan itu perlu didukung narasi seperti dikaitkan dengan kebudayaan masyarakat bahwa kopi itu dibudidayakan, kemudian perlu memperhatikan faktor environment friendly sebab masyarakat Eropa sangat peka terhadap pelestarian alam.
Sementara Konsul Jenderal RI di Dubai Ridwan Hasan mengatakan pihaknya mengusulkan agar selain mengembangkan speciality coffee yang jumlahnya kini mencapai 24 macam, Indonesia juga mulai memikirkan kopi khas Indonesia sehingga mudah dikenali oleh warga dunia.
"Langkah itu diambil oleh Kolombia yang memiliki kopi khas Kolombia yang dikemas dengan kemasan khusus, bahkan memiliki ikon Joan Valdez sehingga kopi Kolombia mudah dikenali oleh penikmatnya," katanya.
Selain itu, lanjut dia, perlu juga memikirkan membuka gerai kopi Indonesia di negara seperti Uni Emirat Arab yang menjadi pusat perdagangan internasional, atau membuka di bandara Internasional Dubai yang menjadi hubungan bagi banyak penerbangan dunia.
Acara webinar bertema "Indonesia Dalam Peta Kopi Dunia : Peluang dan Prospek" adalah hasil kerja sama antara Pusat Kajian Gastrodiplomasi Center for Research in Social Sciences and Humanities (C-RiSSH) Universitas Jember, Kemenlu RI, Universitas Pelita Harapan, Binus University, Universitas Trisakti, London School of Public Relations, IWAPI, Indonesian Chef Association, dan pihak lainnya.
Webinar diikuti pemerhati hubungan internasional dan gastrodiplomasi, serta diikuti 18 perwakilan Indonesia di luar negeri seperti Finlandia, Spanyol, Perancis, Jerman, Tunisia, Belgia, Jepang, Afrika Selatan dan negara lainnya. (*)