Banyuwangi (Antaranews Jatim) - Sebanyak 150 anak muda peminat usaha kopi di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, dilatih tentang pengolahan minuman itu sehingga diharapkan usaha mereka semakin berkembang.
"Saat ini, kopi lagi jadi tren. Sampai-sampai ada banyak lontaran yang viral soal kopi, seperti ayo ngopi biar enggak salah paham, dipikir sambil ngopi, kuat dilakoni kalau enggak kuat ditinggal ngopi. Itu menunjukkan tumbuhnya kebiasaan minum kopi di masyarakat. Ada peluang besar menumbuhkan wirausahawan kopi sekaligus memberdayakan petani," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas di Banyuwangi, Rabu.
Ratusan anak muda itu mengikuti pelatihan tentang pengolahan kopi sebagai bagian dari "Coffee Processing Festival" di Rumah Kreatif Banyuwangi, Selasa (16/10) hingga Rabu.
Anas mengemukakan produksi kopi Banyuwangi saat ini berkisar 9.000 ton per tahun dengan luasan lahan hampir 8.500 hektare yang tersebar di Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Glagah, Licin, Songgon, Glenmore, Kalibaru, hingga Pesanggaran.
"Penjualan kopi, baik di warung kopi, kafe, maupun online, terus meningkat," ujarnya.
Anas mengatakan, pelatihan ini digelar untuk meningkatkan daya saing dan kualitas produk kopi di Banyuwangi. "Kami ingin ada transfer pengetahuan dari ahli kopi kepada pegiat kopi sehingga mereka bisa naik kelas,” katanya.
"Ke depan kopi-kopi rakyat ini tidak hanya dijual kopinya, tapi bisa dijual dengan brand yang bernilai ekonomis tinggi. Sehingga wisatawan yang ke Banyuwangi bisa menikmati kopi rakyat rasa bintang lima," kata Anas.
Pelatihan tersebut disambut antusias para peserta yang terdiri atas pemilik kebun kopi, pegiat kopi, dan industri kecil menengah (IKM) kopi. Mereka mempelajari berbagai teknik pengolahan pascapanen dari pakar dan praktisi. Mulai pengenalan dan identifikasi kopi, perambangan, sortasi, pulper, pengeringan honey process, hingga teknik brewing dan latte art.
Salah seorang pemateri adalah Yusianto, peneliti pascapanen kopi dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Yusianto menekankan pentingnya proses pengolahan kopi yang baik. Proses ini diawali dari pemilihan biji yang berkualitas hingga pengolahannya.
Yusianto berpesan kepada warga yang berniat bisnis kopi untuk memperhatikan pangsa pasar secara spesifik. "Jangan konsumen dipaksa seolah-olah penikmat kopi sejati, lalu hanya menyediakan kopi hitam. Kedainya bakal susah berkembang," kata Yusianto.
Para peserta juga dapat ilmu menyangrai (roasting) kopi dari roaster kopi Emir Yusuf, juara Festival Kopi Nusantara.
"Dibanding menyangrai manual, hasil roasting lebih bisa dikontrol dan bisa efisien. Kalau manual dengan api, satu kilogram bisa memakan waktu 30 menit, dengan mesin ini 18 menit," ujarnya.
Para peserta mengaku puas dengan materi yang diberikan. Suhartini, pekebun kopi asal Kecamatan Kalibaru, senang karena mendapat teknik dasar mengolah kopi.
"Ternyata banyak yang harus saya perbaiki dalam usaha kopi. Seperti petik kopi yang selama ini asal petik saja sehingga hasilnya tidak maksimal. Begitu juga cara menyangrai, ternyata ada teknik khusus," kata Suhartini yang juga memiliki kedai kopi.
Pelatihan ini membuka mata Suhartini untuk terus meningkatkan kualitas pemprosesan kopi agar bisa menghasilkan dampak ekonomi yang lebih optimal.
"Saya sudah dapat pesanan dari China. Tapi kopi saya proses alami. Teknik yang saya pelajari dua hari ini pasti jadi bekal untuk meningkatkan produksi dan kualitas kopi. Saya lebih percaya diri menyambut pesanan selanjutnya," ujarnya.
Pelatihan ini ternyata juga menarik perhatian seorang ibu rumah tangga untuk mendaftar jadi peserta. Rohanna mengaku sudah satu tahun terakhir ingin membuka kedai kopi.
"Pelatihan ini memantapkan saya untuk segera berbisnis kopi. Apalagi di sini saya banyak belajar dari praktisi dan pekebun kopi. Besok saya ke Gombengsari, menjajaki kerja sama dengan pekebun sekaligus belajar sangrai manual," kata Rohanna.(*)