Sydney, (Antara) - Tumbuhnya kelas menengah di Asia Pasifik dan Asia Tenggara menjadi kekuatan ekonomi di kawasan tersebut, kata Presiden Joko Widodo di Sydney, Australia, Sabtu.
"Ada satu hal penting yang tumbuh di Asia dan di Asia Pasifik, yaitu kelas menengah. Singkirkan dulu sementara keberagaman isu politik yang menjadi halaman muka di koran-koran, karena hal yang paling fundamental dan historis saat di dunia sedang terjadi yaitu terus meningkatnya jumlah kelas menengah yang mencapai 630 ribu populasi di Asia Tenggara," kata Presiden Joko Widodo di International Convention Center, Sydney.
Presiden menyampaikan hal itu di hadapan para pemimpin perusahaan dan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull dalam acara CEO Forum di "ASEAN-Australia Special Summit 2018".
"Tapi ada satu hal penting yang membedakan siklus tumbuhnya kelas menengah kali ini yaitu perkembangan ekonomi digital, khususnya sosial media," tambah Presiden.
Presiden pun mengungkapkan penemuan abad ini yaitu "selfie" alias swafoto.
"'Selfie' telah mengubah dunia, dan bahkan berevolusi menjadi 'wefie' dan 'vlog'. Di Kalibiru, Yogyakarta, masyarakat antre hingga berjam-jam untuk mendapatkan 'selfie' yang sempurna. Bloomberg menyebutnya sebagai 'taman Instagram'," tutur Presiden.
Ekonomi digital dan sosial media menurut Presiden membawa perubahan fundamental terhadap pola konsumsi. "Kelas menengah dan usia muda lebih tertarik kepada pengalaman dan petualan dibanding barang-barang mewah, itulah yang menyebabkan merebaknya industri wisata," ungkap Presiden.
Pariwisata berkembang
Mengutip data Bloomberg, ekonomi dunia hanya tumbuh tiga3 persen per tahun, sedangkan pertumbuhan industri pariwisata mencapai tujuh tahun dan Bloomberg memperkirakan satu dari empat pekerjaan baru di dunia dalam 10 tahun ke depan berasal dari industri pariwisata.
"Sekali lagi, 25 persen pekerjaan baru di dunia berasal dari sektor pariwisata. Ini adalah kesempatan luar biasa bagi ASEAN dan Australia, tidak hanya menjadi tujuan wisata dari ribuan kelas menengah dari China dan India tapi ASEAN juga punya pasar besar untuk industri pariwisata domestik," jelas Presiden.
Sementara Australia dapat salah satu tujuan wisata dan membangun industri pariwisata di Asia.
"Beberapa tahun lalu ketika harga komoditas jatuh, Australia mengatakan, mari ubah ledakan 'mining' (pertambangan) menjadi ledakan 'dining' (makanan). Saya ini saya katakan, mari bawa ledakan 'dining' ke ASEAN," ungkap Presiden.
Apalagi saat ini ASEAN sedang melakukan investasi besar-besaran di bidang infrastruktur seperti perbaikan bandara, pelabuhan, rel kereta dan bahkan beberapa negara ASEAN membangun kereta cepat untuk pertama kalinya.
"Dan hal ini juga adalah kesempatan bagi pelaku usaha Australia. ASEAN pun perlu menciptakan 'capital market' yang besar dan dalam seperti 'capital market' dolar dan zona euro. Ini adalah kesempatan besar bagi bank-bank Australia dan industri keuangan Australia, kalau tidak perusahaan keuangan lain akan dengan agresif meraihnya," tambah Presiden.
Akhirnya Presiden mengajak para pelaku usaha Australia berbisnis di ASEAN dan khususnya Indonesia.
"Masa saat ini mungkin masa yang berwarna di tengah politik lokal dan global, tapi juga masuk dalam masa-masa menyenangkan dimana hubungan ASEAN dan AUstralia dapat terbangun untuk bidang perdagangan, pariwisata dan investasi, saya menyambut saudara-saudara di ASEAN dan Indonesia," ujar Presiden.
Senada dengan Presiden, PM Turnbull juga mengatakan bahwa kelas menengah di Indonesia akan berkali-kali lipat pada 2030 dan kesempatan untuk berinvestasi dan berdagang pun terbuka lebar.
"Namun, pemerintah dan pelaku usaha tetap harus berkomitmen terhadap aturan yang sudah disepakati untuk melakukan perdagangan bebas dan terbuka karena pasar terbuka tidak dapat dilakukan sendirian tapi butuh dukungan dan komitmen para pelaku bisnis dan pemerintah. Saya mengundang kita semua untuk menjaga aturan tersebut tetap ditaati di kawasan," kata PM Turnbull.(*)
Video Oleh Desca Lidya