Ditemui usai acara Dialog Nasioal bertajuk "Sukses! Indonesiaku" di Universitas Airlangga Surabaya, Selasa, mengatakan sejak dulu laut menjadi pintu masuk narkoba. Namun saat ini narkoba yang masuk dan diselundupkan malalui laut volumenya sangat besar.
"Ini menjadi perhatian kita semua. Instasi penegak hukum di laut (TNI, Polri, Kementerian Kelautan dan Perikanan) harus bekerja sama, bersinergi karena narkoba jelas-jelas memberi dampak yang membahayakan bagi generasi muda bangsa," kata Ade.
Sinergitas antarinstansi itu menjadi hal yang penting untuk mengungkap peredaran narkoba. Ade menjelaskan, kerja sama itu bisa dimulai dari, pertama adanya informasi intelijen jika ada pengiriman seperti itu (narkoba).
"Kedua semua orang sama harus diberantas. Begitu sampai darat jangan ada konsumen. Kalau masih ada tetap menjadi pasar. Ini menjadi tanggung jawab kita bersama," ujarnya.
Dengan wilayah laut yang luas dan banyaknya pulau, lanjut Ade, maka perlu armada yang banyak untuk mencapai akses ke pulau-pulau itu.
"Jika unsur di TNI Angkatan Laut belum cukup, maka kerja sama dengan instansi lain menjadi penting. Buat saja zonasi. Jika di laut ada TNI AL. di Darat ada Polri, KKP, Bea Cukai dan unsur lain di pantai juga masyarakat," katanya.
Untuk menekan peredaran narkoba, dia meminta masyarakat jangan mau diperdaya. "Jika dititipin barang lalu dikasih uang, senang. Harusnya tanya. Jangan samapai dimanfaatkan oleh orang tak bertanggung jawab," ujarnya.
Ditanya kawasan mana yang paling rawan, KSAL mengatakan perbatasan dengan negara lain adalah yang paling rawan terjadi penyelundupan narkoba. Dia menyebut tidak bisa hanya mengatakan Selat Malaka, karena mereka akan melihat mana yang kosong.
"Semakin ditentukan rawan, semakin dia menghindari. Makanya semua daerah di Indonesia itu daerah rawan," tuturnya. (*)
Video Oleh Willy Irawan