Jember (Antara Jatim) - Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong peningkatan produksi kopi jenis Arabika di sejumlah kawasan karena komoditas tersebut merupakan komoditas ekspor yang sangat diminati pasar dunia.
"Sebagian besar petani di Indonesia menanam kopi jenis robusta karena kopi jenis tersebut sangat laku di dalam negeri, namun tidak demikian di negara-negara Eropa yang sangat menyukai kopi jenis Arabika," kata Direktur Jenderal Perkebunan Kementan Bambang usia menjadi pembicara dalam kegiatan "Jember International Coffee Conference" di Gedung Soetardjo Kampus Universitas Jember, Jawa Timur, Jumat sore.
Berdasarkan data Kementan, lanjut dia, tercatat sebanyak 59 kabupaten/kota yang tersebar di 16 provinsi sebagai daerah sentra kopi yang didominasi oleh pengembangan kopi robusta untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
"Untuk itu perlu dilakukan berbagai strategi untuk mengembangkan kopi berbasis kawasan dengan meningkatkan produksi kopi Arabika dan mendorong petani kopi robusta beralih menanam kopi Arabika di daerah yang iklimnya cocok," tuturnya.
Ia mengatakan tidak semua daerah sentra kopi robusta akan diganti dengan pengembangan kopi Arabika karena pengembangan kopi komoditas ekspor tersebut bisa ditanam di lahan-lahan dataran tinggi.
"Pengembangan kopi Arabika diarahkan untuk menjaga posisi Indonesia sebagai sumber penting beberapa jenis kopi spesialti dunia, apalagi faktor geografis yang sangat menunjang untuk dikembangkan karena Indonesia tercatat memiliki kopi spesialti yang beragam dan kopi Indonesia merupakan kopi terbaik dunia," katanya.
Tahun 2016 tercatat total produksi kopi nasional mencapai 639.000 ton dan kopi robusta mendominasi sebesar 90 persen dari total produksi nasional dan sisanya kopi Arabika hanya 10 persen.
"Berbagai produk kopi spesialti juga akan ditingkatkan dengan menggunakan pupuk organik, sehingga kopi Indonesia akan semakin diminati pasar dunia dengan sertifikat spesialti terutama jenis Arabika," ujarnya.
Dalam pengembangan kopi spesialti, lanjut dia, pemerintah menggunakan pendekatan kawasan atau kluster dengan beberapa strategi di antaranya peningkatan produksi nasional dengan perluasaan pada lahan yang sesuai, intensifikasi pertanaman yang sudah ada, dan konversi kopi robusta ke Arabika pada lahan yang sesuai.(*)