"Selama ini setiap musim kemarau, penanganan kekurangan air bersih di Situbondo belum ada langkah strategis dan kami menilai untuk menangani kekurangan air bersih ini masih instan," kata Bashori Sanhaji di Situbondo, Jawa Timur, Sabtu.
Sejauh ini, lanjut dia, pemerintah daerah lewat BPBD, Dinas Sosial dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) hanya mengirim atau mendistribusikan air bersih ke desa-desa yang terkena dampak kekeringan pada musim kemarau.
Padahal, katanya, masalah kekurangan air bersih yang terjadi setiap tahun harus menjadi perhatian bersama karena menyangkut pelayanan paling dasar masyarakat.
"Untuk penanganan kekurangan air bersih tidak bisa hanya menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten saja, tetapi pemerintah desa melalui bantuan dana desa dan alokasi dana desa (ADD/DD) seharusnya masalah kekurangan air menjadi skala prioritas program di desa terdampak kekeringan," katanya.
Bashori menambahkan saat ini daerah (desa) yang mengalami kekurangan air bersih sudah berkurang dengan adanya program pipanisasi. Oleh karena itu, ke depan perlu ada gerakan bersama untuk menanam pohon di daerah kekurangan air bersih.
Sementara itu Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Situbondo Gatot Trikorawan mengatakan 17 desa di delapan kecamatan yang mengalami kekurangan air pada musim kemarau, sebagian desa di antaranya sumber mata air masih cukup dan hanya membutuhkan bantuan tandon air.
"Selain membutuhkan bantuan air bersih di belasan desa yang lokasinya rata-rata di daerah pegunungan, juga membutuhkan tandon air guna memudahkan masyarakat desa terdampak kekeringan mengambil air yang didistribusikan petugas BPBD," katanya. (*)
Video oleh: Novi Husdinariyanto