Sidoarjo (Antara Jatim) - Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Jatim Kombespol Widodo
mengatakan akan menindak tegas kepada pelaku penimbunan bahan pangan dan
juga kartel menjelang pelaksanaan Hari Raya Idul Adha.
"Saat ini kami dari tim satgas pangan akan terus melakukan pengawasan termasuk di antaranya adalah melakukan pemantauan harga kebutuhan bahan pokok menjelang pelaksanaan Hari Raya Idul Adha," ujarnya usai pemberangkatan truk pengangkut bahan pokok pada Gerakan Stabilisasi Pangan oleh Bulog Jatim di kantor Bulog Subdivre Surabaya Utara di Sidoarjo, Jawa Timur, Jumat.
Ia mengemukakan, saat ini tim tersebut berjumlah 200 orang yang terdiri dari berbagai elemen termasuk dari dinas terkait, bulog dan juga berasal dari karantina, untuk melakukan pemantauan pangan yang ada di Jatim ini.
"Kami setiap hari melakukan pengecekan harga kebutuhan pokok di sejumlah pasar tradisional dan selanjutnya melaporkan kepada Mabes untuk dilakukan evaluasi dan juga langkah langkah lanjutannya seperti apa," katanya.
Setelah melakukan pengecekan sebelas harga kebutuhan pokok kemudian dilaporkan ke Mabes, meskipun saat ini kondisi di Jawa Timur untuk pasokan pangan masih aman terkendali dan tidak ada potensi yang perlu dikhawatirkan.
"Namun demikian, kami akan tetap mengawasi terkait dengan kemungkinan yang bisa terjadi termasuk munculnya kartel dan juga penimbunan bahan pangan," katanya.
Ia menjelaskan, beberapa waktu yang lalu pihaknya bersama dengan tim sudah melaksanakan ungkap kasus seperti produksi bahan makanan dengan bahan tidak higienis atau beracun yang bisa membahayakan masyarakat yang mengkonsumsinya.
"Selain itu, juga sudah dilakukan ungkap kasus seperti penggunaan abon dari bahan bekas, daging ayam gelondongan yang sudah basi. Semuanya sudah kami tindak sesuai dengan jalur hukum yang berlaku," ucapnya.
Dalam kegiatan ini, Perum Bulog Divisi Regional (Divre) Jatim kembali menggelar Gerakan Stabilisasi Pangan (GSP) di seluruh wilayah Jawa Timur yang tersebar di 202 titik.
Sedikitnya, ada lima komoditas utama yang digelontorkan, yaitu beras, gula minyak goreng, tepung terigu dan bawang putih di 202 titik seluruh Jatim, di antaranya pasar di setiap daerah, Rumah Pangan Kita dan toko kelontong binaan pemerintah daerah setempat.
Kepala Perum Bulog Divre Jatim, Usep Karyana mengatakan bahwa stok pangan harus dikuasai dan dijaga, jika tidak maka akan terjadi krisis pangan.
"Untuk itulah, maka Jatim sebagai barometer nasional harus dikawal. Ketersediaan pangan yang stabil di Jatim harus dijaga, utamanya pada saat hari besar seperti Hari Raya Idul Fitri, Natal dan Idul Adha. Karena biasanya pada saat itu akan terjadi kenaikan permintaan yang memicu terjadinya lonjakan harga," katanya.(*)
"Saat ini kami dari tim satgas pangan akan terus melakukan pengawasan termasuk di antaranya adalah melakukan pemantauan harga kebutuhan bahan pokok menjelang pelaksanaan Hari Raya Idul Adha," ujarnya usai pemberangkatan truk pengangkut bahan pokok pada Gerakan Stabilisasi Pangan oleh Bulog Jatim di kantor Bulog Subdivre Surabaya Utara di Sidoarjo, Jawa Timur, Jumat.
Ia mengemukakan, saat ini tim tersebut berjumlah 200 orang yang terdiri dari berbagai elemen termasuk dari dinas terkait, bulog dan juga berasal dari karantina, untuk melakukan pemantauan pangan yang ada di Jatim ini.
"Kami setiap hari melakukan pengecekan harga kebutuhan pokok di sejumlah pasar tradisional dan selanjutnya melaporkan kepada Mabes untuk dilakukan evaluasi dan juga langkah langkah lanjutannya seperti apa," katanya.
Setelah melakukan pengecekan sebelas harga kebutuhan pokok kemudian dilaporkan ke Mabes, meskipun saat ini kondisi di Jawa Timur untuk pasokan pangan masih aman terkendali dan tidak ada potensi yang perlu dikhawatirkan.
"Namun demikian, kami akan tetap mengawasi terkait dengan kemungkinan yang bisa terjadi termasuk munculnya kartel dan juga penimbunan bahan pangan," katanya.
Ia menjelaskan, beberapa waktu yang lalu pihaknya bersama dengan tim sudah melaksanakan ungkap kasus seperti produksi bahan makanan dengan bahan tidak higienis atau beracun yang bisa membahayakan masyarakat yang mengkonsumsinya.
"Selain itu, juga sudah dilakukan ungkap kasus seperti penggunaan abon dari bahan bekas, daging ayam gelondongan yang sudah basi. Semuanya sudah kami tindak sesuai dengan jalur hukum yang berlaku," ucapnya.
Dalam kegiatan ini, Perum Bulog Divisi Regional (Divre) Jatim kembali menggelar Gerakan Stabilisasi Pangan (GSP) di seluruh wilayah Jawa Timur yang tersebar di 202 titik.
Sedikitnya, ada lima komoditas utama yang digelontorkan, yaitu beras, gula minyak goreng, tepung terigu dan bawang putih di 202 titik seluruh Jatim, di antaranya pasar di setiap daerah, Rumah Pangan Kita dan toko kelontong binaan pemerintah daerah setempat.
Kepala Perum Bulog Divre Jatim, Usep Karyana mengatakan bahwa stok pangan harus dikuasai dan dijaga, jika tidak maka akan terjadi krisis pangan.
"Untuk itulah, maka Jatim sebagai barometer nasional harus dikawal. Ketersediaan pangan yang stabil di Jatim harus dijaga, utamanya pada saat hari besar seperti Hari Raya Idul Fitri, Natal dan Idul Adha. Karena biasanya pada saat itu akan terjadi kenaikan permintaan yang memicu terjadinya lonjakan harga," katanya.(*)