Probolinggo (Antara Jatim) - Petani di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur mengeluhkan turunnya harga garam yang kini berkisar Rp2.500 hingga Rp3.000 per kilogram di tingkat petani, padahal sebelumnya menembus Rp5.000 per kilogram.
"Harga garam di tingkat petani mulai menurun akibat mulai memasukinya masa panen, bahkan petani shok dan seakan tidak menerima penurunan harga tersebut, sehingga mereka menahan penjualan kepada tengkulak," kata Ketua Himpunan Masyarakat Petambak Garam (HMPG) Kabupaten Probolinggo, Buhar di Probolinggo, Selasa.
Menurutnya petani garam sudah terbiasa dengan harga jual yang tinggi antara Rp4.000 hingga Rp5.000 per kilogram, sedangkan saat ini harga jual menurun antara Rp2.500 hingga Rp3.000 per kilogram.
"Beberapa petani shok dengan harga baru itu, bahkan ketika ada tawaran harga Rp2.700 per kilogram saja kadang ditolak," tuturnya.
Namun, lanjut dia, tidak semua petani menahan penjualan garam mereka karena sebagian memilih tetap menjual garamnya tersebut, agar bisa segera mendapatkan penghasilan dan harga garam Rp5.000 per kilogram merupakan harga tertinggi sepanjang sejarah di pertanian garam.
"Bisa dikatakan mereka belum ikhlas menerima mulai turunnya harga garam ini, tetapi mau tidak mau, suka tidak suka, nanti mereka pasti akan menjual garam sesuai harga pasar terkini," katanya.
Ia mengatakan hukum ekonomi tetap akan berlaku dan diharapkan petani menjual garamnya karena dikhawatirkan harga garam akan terus menurun, sehingga petani yang menahan garamnya saat ini justru akan semakin kecewa dengan harga garam yang terus turun.
"Meningkatnya produktivitas garam di Probolinggo akibat membaiknya cuaca. Teriknya matahari membuat proses kristalisasi garam lebih cepat, sehingga kurun waktu 5-10 hari garam petani bisa dipanen," ujarnya.
Kondisi tersebut, lanjut dia, berbeda dengan beberapa waktu lau yang masih turun hujan karena panen dilakukan antara 10-15 hari dengan produksi garam petani sekitar 2 ton per hektare per 10 hari, namun kini bisa mencapai 6 ton.
Menanggapi realisasi kebijakan impor garam yang mencapai 75.000 ton, Buhar berharap agar pemerintah bisa mengatur tata niaga garam dengan baik karena dikhawatirkan harga garam semakin rendah.
"Saat ini petani garam panen raya dan ditambah dengan masuknya garam impor, maka harga jual garam petani akan anjlok. Kami berharap walaupun garam impor Australia masuk, tetapi harga jual garam petani stabil, minimal tidak di bawah Rp2.000 per killogram," katanya.
Kabid Perikanan Tangkap Dinas Perikanan Kabupaten Probolinggo Wahid Noor Aziz mengatakan produksi garam di Kabupaten Probolinggo mencukupi untuk kebutuhan konsumsi lokal Probolinggo.
"Produksi garam per 31 Juli 2017 sebanyak 1.234,202 ton. Bahkan produksi garam di Kabupaten Probolinggo itu menyumbang 50 persen dari realisasi produksi garam Jawa Timur sekitar 2.500 ton per 31 Juli 2017," tuturnya.(*)