Kediri (Antara Jatim) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kediri, Jawa Timur, menggelar pelatihan penanggulangan bencana untuk penyandang disabilitas, sehingga mereka pun memahami yang harus dilakukan saat terjadi bencana.
Kepala BPBD Kediri Syamsul Bahri mengemukakan, untuk penyandang disabilitas, memang diharuskan ada penanganan serius terutama saat proses evakuasi terjadinya bencana, dengan melibatkan relawan dan warga penyandang disabilitas.
"Kami ingin adanya sinergi antara relawan dan kaum penyandang cacat untuk mengurangi risiko yang ditimbulkan dari bencana," katanya dalam acara yang digelar di Balai Kota Kediri, Senin.
Dalam acara itu, warga penyandang disabilitas diajari teknik penyelamatan diri sendiri saat terjadi bencana, seperti berlindung ke kolong meja ketika gempa bumi melanda, maupun berlari ke tempat yang lebih aman ketika terjadi banjir.
Selain itu, mereka juga mendapatkan latihan bisa menyelamatkan orang lain, baik sesama penyandang disabilitas atau masyarakat berbadan normal lainnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan selama ini relawan tanggap bencana masih mengalami kesulitan dalam mengevakuasi warga, terutama para penyandang disabilitas karena tak memiliki tekhnik komunikasi khusus dengan mereka. Terlebih lagi, para penyandang disabilitas itu juga ada perlakuan khusus, karena keterbatasan mereka.
Pihaknya pun sengaja melakukan kegiatan itu. Dengan mengadakan bimbingan teknis, diharapkan adanya komunikasi yang baik antara relawan dan warga penyandang disabilitas tersebut.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Kediri Lilik Muhibbah yang juga datang di acara tersebut memberikan apresiasi. Ia mengatakan, bencana tidak dapat ditolak, bagi siapapun, namun berharap tidak ada yang terluka akibat bencana.
"Dengan kondisi seperti ini dan cuaca seperti ini maka ketika ada bencana, bisa menghadapi risiko sedini mungkin, karena ilmu yang sudah didapatkan. Bencana datang, kita tidak bisa menolaknya," katanya.
Wawali juga mengatakan semua warga berhak mendapatkan pelatihan menghadapi bencana, termasuk penyandang disabilitas. Mereka akan mempunyai bekal jika terjadi bencana di sekitar mereka.
"Para penyandang disabilitas harus diperlakukan sama dan wajib diberi pelatihan dalam penanggulangan bencan. Penyandang disabilitas juga memiliki hak yang sama dengan orang normal pada umumnya, dalam rangka mengurangi risiko bencana, agar mereka siap menghadapi," katanya.
Dalam acara itu, dihadiri sekitar 100 orang penyandang disabilitas di Kota Kediri, misalnya penyandang cacat kaki, tuna netra, tuna wicara, lumpuh, hingga tuna grahita.
Para peserta juga mengikuti kegiatan dengan konsentrasi dan sigap, termasuk ketika praktik menghindari terjadinya bencana. (*)