Kediri (Antara Jatim) - Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jatim Akhmad Munir meminta masyarakat mewaspadai berita yang beredar luas di media sosial, dengan selalu menguji informasi untuk memastikan kebenaran informasi tersebut, mengantisipasi berita itu hoaks.
"Banyak yang terjadi itu kebanyakan muncul di medsos (media sosial) dan sebagian juga di media online abal-abal, yang membuat masyarakat sulit membedakan mana informasi yang benar dan salah," katanya dalam seminar menyikapi maraknya berita hoaks yang digelar PWI Perwakilan Kediri di kampus Universitas Nusantara PGRI Kediri, di Kediri, Senin.
Ia menambahkan, beredarnya berita hoaks itu banyak ditemukan salah satunya terkait dengan situasi politik, misalnya pemilihan kepala daerah (pilkada).
Ia mencontohkan, di Jakarta, semakin banyak yang beredar berita yang saling menjelekkan, menjatuhkan. Namun, hal itu ternyata berbeda dengan di daerah yang tidak menggelar pilkada, situasinya agak berkurang.
"Di DKI Jakarta semakin banyak beredar berita yang saling jelekkan, jatuhkan, tapi di daerah yang tidak menggelar pilkada agak berkurang, ada situasional, kadang sesuai realitas sosial ekonomi politik di daerah masing-masing," ujarnya.
Ia mengatakan, adanya berita hoaks atau bohong bisa dicek. Biasanya berita hoaks itu tidak memiliki nara sumber, tidak memiliki standar jurnalistik, tidak ada faktanya. Selain itu, berita tersebut biasanya mengejutkan, aneh, bombastis.
"Biasanya berita itu tidak ada atau berlawanan dengan media 'Mainstream'. Berita itu dibuat untuk kepentingan tertentu, kelompok atau pribadi," ujarnya.
Ia menambahkan, sebenarnya masyarakat sekarang ini sudah melek media, sehingga masyarakat pun sempat bingung ketika mendapat berita hoaks.
Lebih lanjut, ia mengatakan media pun harus berperan untuk meluruskan berita hoaks. Media harus berada pada posisi pelurusan, penjernihan berita hoaks.
"Masyarakat pers harus teguhkan sikapnya, harus taat kode etik, dimana wartawan untuk tidak menyiarkan berita bohong, fitnah, dan selalu menguji informasi untuk memastikan informasi itu benar sesuai dengan fakta," ujarnya.
Sementara itu, Dewan Pembina Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (Aspikom) Wilayah Jawa Timur Prilani mengatakan masyarakat cenderung percaya dengan berita hoaks.
"Hasil riset, ada kecenderungan masyarakat percaya berita hoaks. Jadi, ini situasi yang parah," katanya.
Ia mengatakan, perlu adanya gerakan literasi tentang teknologi. Masyarakat diberi pemahaman terkait dengan aturan, agar mengerti cara mengguanakan media sosial, bijak memakai teknologi, melakukan verifikasi.
Dalam acara tersebut, selain dihadiri Ketua PWI Jatim sebagai pembicara, juga Prilani dari praktisi, serta Ketua YLPL PT UNP Kediri Juli Sulaksono.
Acara itu, juga dihadiri sejumlah tamu undangan, baik dari Pemkot/Pemkab Kediri, Polres Kediri, Polres Kediri Kota, serta sejumlah tamu undangan lainnya. (*)