Kediri (Antara Jatim) - Pemuda lereng Gunung Wilis (2.169 meter di atas permukaan laut/ mdpl) yang tergabung dalam Kelompok Pesanggem Hutan Kreatif (KPHK) Wilis, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, mengolah hasil hutan genitri menjadi aneka kerajinan tangan.
Dadang Eko Laksono, salah seorang pengurus di kelompok itu di Kediri, Minggu mengatakan hasil hutan di lereng ini sangat melimpah, sehingga ia dengan pemuda lainnya berinisiatif membuat kerajinan.
"Genitri banyak tumbuh di kawasan hutan wilis ini. Kami awalnya mulai membuat kerajinan gelang dan kami pamerkan di pekan raya, ternyata animo masyarakat cukup baik," katanya.
Ia mengatakan, saat acara yang berlangsung tahun lalu itu, ia dengan teman-temannya hanya membawa sekitar 50 gelang serta 10 kalung genitri. Tidak disangka, masyarakat antusias membeli, bahkan ia langsung mendapatkan pesanan.
Buah genitri atau jenitri ini diakui oleh mereka yang memiliki keyakinan sebagai buah yang disakralkan serta dianggap suci, lantaran diakui sebagai buah yang terbentuk serta datang dari air mata Dewa Siwa.
"Pesanan setiap waktu meningkat. Sekarang, per bulan pesanan ratusan unit, itu beragam produk ada gelang, kalung, baik ukuran besar maupun kecil," ujarnya.
Ia mengatakan, untuk gelang dengan genitri ukuran besar rata-rata 500 biji, gelang genitri dengan ukuran kecil sekitar 200 biji, sedangkan untuk kalung sekitar 250 biji.
Harga jualnya pun, kata dia, sangat terjangkau. Gelang dijual antara harga Rp5.000 hingga Rp15 ribu per gelang, sementara untuk kalung seharga Rp30 ribu hingga Rp60 ribu, tergantung besar atau kecilnya ukuran genitri.
Dadang mengatakan, dalam mencari genitri tidak terlalu sulit. Ia pun mengajak serta para pemuda di lereng Gunung Wilis ini untuk mencari genitri mentah di dalam hutan.
Selanjutnya, dari genitri mentah itu nanti diambil dan diolah lagi, lalu dilepas dari cangkangnya dan dijemur. Setelah kering, genitri akan dibor dengan bor kecil, sehingga benang bisa masuk dan bisa dirangkai menjadi kerajinan gelang maupun kalung.
Untuk pemasaran, Dadang menyebut selama ini lebih memanfaatkan media sosial serta pameran. Pelanggan juga datang dari beragam daerah, terutama di Jawa. Terbukti, dari pemesan, misalnya dari Jombang, serta sejumlah daerah lainnya.
Untuk lebih meningkatkan kreativitas, ia dengan pemuda lainnya juga memanfaatkan olahan hasil hutan lain, misalnya membuat bunga hias. Bunga itu dirangkai baik dari bunga, daun, maupun ranting yang ditemukan di hutan.
"Selama ini, penjualan juga bagus. Jadi, para pemuda pun bisa mendapatkan uang dan pemasukan dari hasil membuat kerajinan ini," katanya.
Walaupun sekarang permintaan bagus, ia berharap ke depan kerajinan asal para pemuda dari lereng Gunung Wilis ini bisa lebih baik lagi, terutama penjualan yang bagus. Ia berharap, seluruh pemuda di lereng Gunung Wilis ini tidak ada yang menganggur, semua bisa membuat kerajinan dengan memanfaatkan hasil hutan yang awalnya terlihat tidak ada nilai jual. (*)