Kediri (Antara Jatim) - Badan Penanaman Modal (BPM) Kota Kediri, Jawa Timur, menyebut investasi yang masuk ke Kediri, saat ini sudah melampaui dari target pada 2016, yang diharapkan bisa hingga Rp500 miliar.
"Kalau target Rp500 miliar sudah terpenuhi, bahkan lebih. Nilai investasi itu dari beragam sektor, baik perhotelan, rumah makan, maupun industri waralaba," kata Kepala BPM Kediri Triyono Kutut Purwanto, di Kediri, Rabu.
Ia mengatakan, investasi di Kota Kediri dari tahun ke tahun menunjukkan perkembangan yang cukup bagus, bahkan selalu mampu melebihi dari target. Pada 2015, target nilai investasi adalah Rp450 miliar, dan nyatanya mampu melebihi hingga tercapai sekitar Rp600 miliar.
Triyono mengatakan pemerintah kota membuka seluas-luasnya untuk investasi di kota ini. Bahkan, sesuai dengan visi pemerintah kota, "The service city", pemerintah memberikan banyak kemudahan, sehingga para investor pun tidak canggung menginvestasikan modalnya di Kediri.
Pihaknya berupaya sekuat tenaga memberikan kemudahan bagi para investor, dengan harapan ke depan investasi yang masuk bisa lebih besar. Pemerintah bahkan menyederhanakan proses perizinan. Salah satunya untuk mengajukan izin usaha yang membutuhkan waktu relatif lebih singkat, sekitar satu pekan untuk mengurusnya.
Pemerintah kota juga melakukan pemangkasan izin, yaitu berdasarkan Perwali Nomor 35 Tahun 2015 yang memangkas jumlah izin dari 172 menjadi 56 izin.
Menurut dia, saat ini, potensi perekonomian di Kediri dan sekitarnya sudah mulai lebih baik, termasuk adanya rencana pembangunan bandar udara di Jatim bagian selatan. Dengan adanya rencana itu, secara tidak langsung juga mendorong investasi di daerah ikut berkembang, salah satunya di Kediri.
Bahkan, dari hasil koordinasi dengan PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) Kota Kediri, tingkat okupansi di Kediri akhir pekan, selalu penuh. Dengan kondisi tersebut, menunjukkan perekonomian yang berjalan baik.
"Dari PHRI, untuk hunian di Kediri tiap Sabtu, Minggu, hotel 'Overload'. Kediri ini menjadi tempat tujuan, jadi sektor itu pun terbuka lebar," katanya.
Walaupun sektor jasa dan industri berkembang di Kediri, Triyono mengaku sejumlah investor terpaksa tidak jadi menanamkan investasinya di Kediri. Salah satu permasalahannya, karena terkendala lahan.
Menurut dia, terdapat investor yang berminat di sektor wisata dan membutuhkan lahan sekitar 5 hektare. Namun, karena lahan di Kediri yang dicari tidak menemukan yang sampai 5 hektare, akhirnya tidak bisa berlanjut.
"Kediri ini wilayahnya kecil. Sempat ada investor dengan kebutuhan 5 hektare untuk wisata. Tapi, Kediri tidak punya wilayah, termasuk kepemilikan per orangan tidak sampai 5 hektare, akhirnya tidak jadi," katanya.
Ia berharap investasi di Kediri pada 2017 juga semakin baik. Saat ini, sudah terdapat sejumlah usaha yang akan beroperasi pada 2017, salah satunya rencana beroperasinya RSUD Gambiran II Kediri. (*)