Jakarta, (Antara) - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengajak negara-negara Islam kembali pada ajaran yang terkandung dalam Al Quran dan Hadis.
"Kalau kita ketahui bahwa Rasulullah hijrah dari Mekkah ke Madinah agar menjadi lebih baik. Sekarang banyak orang Islam hijrah ke Eropa untuk mencari keselamatan. Mari kita kembali ke ajaran Islam," katanya saat memberikan sambutan penutupan Musabaqah Hafalan Al Quran dan Hadis Pangeran Sulthan bin Abdul Aziz Assu'ud tingkat Asia-Pasifik di Istana Wapres di Jakarta, Kamis.
Ia mengemukakan bahwa dalam sejarah terorisme dan radikalisme berasal dari negara-negara galau, terutama negara-negara Islam yang dilanda kegalauan.
"Irak dan Suriah itu gagal mengatasi urusan dalam negeri dan dihancurkan dari luar. Afghanistan dihancurkan. Irak diinvasi oleh negara-negara Barat. Setiap kehancuran di negara Islam, yang menang adalah negara-negara Barat. Tentu kita harus wapada," ujarnya, mengingatkan negara-negara Islam.
Dalam acara yang dihadiri oleh Pangeran Khalid bin Sulthan bin Abdul Aziz Assu'ud dan Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia Mustafa Ibrahim Al Mubarak beserta para peserta musabaqah dari Asia-Pasifik itu, Wapres mengemukakan bahwa dunia sangat takut terhadap terorisme yang disertai tindakan bunuh diri.
"Peristiwa tewasnya 35 orang di Brussel, tentu seluruh dunia banyak yang 'syok'. Tapi bagaimana dengan jutaan orang mati di Irak, Yaman, Afghanistan, dan Libya. Suriah dibom habis-habisan oleh banyak negara. Sudah saatnya kita bersatu," kata Kalla.
Pada kesempatan tersebut, Wapres menyatakan terima kasihnya kepada negara-negara Barat yang menerima para pengungsi dari negara-negara Islam yang sedang dilanda konflik dan peperangan berkepanjangan.
"Kita memang berterima kasih kepada Barat yang menerima para pengungsi. Tapi apa itu yang kita inginkan?" ujarnya, terheran-heran.
Seharusnya negara-negara Islam patut bersyukur karena menurut Kalla negara-negara tersebut mendapatkan karunia yang tiada tara. Namun, karena terus-terusan dilanda konflik, negara-negara Islam tersebut tidak bisa mengelola kekayaan alamnya yang melimpah.
"Dua pertiga minyak dan gas di dunia ini ada di negara-negara Islam. Di Indonesia juga ada. Kekayaan itu seharusnya memberikan rahmat kepada sesama, bukan untuk saling menghancukan," ujar Wapres, menyayangkan.
Ia mengakui bahwa di Indonesia itu ada terorisme dan radikalisme, namun dapat diatasi dengan toleransi yang baik. "Di Indonesia punya banyak kesamaan, namun ada juga perbedaan. Dalam hal wajib dan sunnah pasti sama. Namun, dalam pelaksanaan tentu ada perbedaan sesuai daerah. Itu yang harus kita hormati karena perbedaan itu rahmat," tuturrnya merujuk perbedaan aliran yang berujung konflik di negara-negara Arab.(*)