Banyuwangi (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, memberdayakan kaum perempuan, antara lain dengan melatih mereka mebuat usaha jamu tradisional
Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPP dan KB) Muhammad Pua Jiwa di Banyuwangi, Kamis menjelaskan pelatihan bagi kaum perempuan yang tergabung dalam komunitas Perempuan Kepala Keluarga (Pekka) itu dimaksudkan agar para perempuan bisa menjalankan kegiatan ekonomi produktif.
"Pelatihan ini merupakan sinergi antara BPP dan KB, Dinas Kesehatan serta Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pertambangan (Disperindagtam) Kabupaten Banyuwangi," katanya.
Pua mengatakan usaha pembuatan jamu itu menjadi sumber pendapatan bagi para ibu yang mayoritas berstatus sebagai orang tua tunggal di dalam keluarga.
"Karena ini menjadi sumber pendapatan bagi mereka, maka mereka harus serius dalam menjalankan usaha ini. Yang harus diperhatikan adalah perlunya menjaga kualitas produknya agar tidak membahayakan konsumen," kata Pua.
Dalam bimbingan teknis tersebut, narasumber dari Dinas Kesehatan dan Disperindagtam Banyuwangi dihadirkan untuk memberi bekal pengetahuan kepada ibu-ibu tentang cara memproduksi jamu yang higienis dan menyehatkan.
Tak hanya sekedar membuat jamu, katanya, mereka juga dilatih bagaimana meningkatkan kualitas dan keamanan jamu yang mereka hasilkan.
Ia menegaskan bahwa obat-obatan tidak boleh dicampurkan ke dalam minuman kesehatan. Hal itu ditegaskan karena sering kali ditemukan obat tradisional yang beredar di pasaran masih mengandung bahan kimia obat (BKO).
"Dan yang mengkhawatirkan, masyarakat tidak mengetahui hal tersebut. Yang mereka yakini, minum jamu tradisional baik untuk tubuh. Padahal, jika jamu yang mengandung BKO ini dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama akan membahayakan fungsi hati dan ginjalnya sehingga berdampak buruk bagi kesehatan," ujar Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat Dinkes Banyuwangi Sulistyowati.
Selain itu, ujar dia, jamu gendong sebaiknya sekali dibuat untuk langsung habis. Tidak boleh diinapkan karena khasiatnya sudah berubah.
Nara sumber lainnya dari Disperindagtam, Tri Djoko Putranto menjelaskan potensi alam Banyuwangi untuk bahan baku jamu cukup tersedia, di samping juga pedagang jamunya juga berkembang cukup banyak.
"Ini harus kita lestarikan. Bahkan harus ada kolaborasi antara petani penanam tanaman obat keluarga (toga) dengan pedagang jamu gendongan dan perusahaan-perusahaan jamu kemasan. Dengan begitu, ini tak hanya berdampak baik bagi kesehatan, tapi juga bagi perekonomian masyarakat Banyuwangi," ujar Kasi Industri Logam, Mesin, Elektronika, Tekstil dan Aneka (ILOMETA) yang berkomitmen siap memfasilitasi para ibu yang serius dengan usahanya ini.
Dalam kesempatan itu, peserta juga diajak praktik langsung cara membuat jamu mulai dari bahan-bahan yang dibutuhkan, alat yang digunakan untuk memasak hingga teknik memasaknya. Wirausahawan dari Usaha Jamu Ayuk, Sumberejo, Banyuwangi dihadirkan untuk mengajari para ibu tersebut tata cara membuat jamu gendong.
Sementara itu, salah satu peserta yang akrab disapa Nurhayati (50) mengaku senang mendapatkan kesempatan ikut pelatihan ini.
"Saya pulang dari sini akan langsung mempraktikkan bikin jamu sendiri dan ke depannya akan terjun langsung menjual jamu untuk mencukupi hidup saya bersama dua orang anak saya," kata wanita yang sehari-hari bekerja serabutan untuk menyambung hidupnya.
Pelatihan itu akan dilanjutkan dengan lomba membuat jamu yang pelaksanaannya direncanakan Jumat (15/4) pagi. Seluruh peserta pelatihan ini berkesempatan mempraktikkan ilmu yang didapat saat pelatihan. Dalam lomba tersebut mereka diwajibkan membuat enam resep jamu sesuai yang didapat saat pelatihan. (*)
Banyuwangi Berdayakan Perempuan Buat Usaha Jamu
Kamis, 14 April 2016 17:19 WIB