Sumenep (Antara Jatim) - Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sumenep mencatat daerah tersebut mengalami deflasi sebesar 0,02 persen pada Februari 2016.
"Dari tujuh kelompok pengeluaran yang menjadi objek survei indeks harga konsumen (IHK) pada Februari 2016, tiga di antaranya mengalami deflasi dan empat lainnya inflasi," ujar Kepala BPS Sumenep, Suparno di Sumenep, Jawa Timur, Rabu.
Tiga kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi adalah kelompok bahan makanan sebesar 0,70 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,05 persen; dan kelompok transportasi, komunikasi, jasa keuangan 0,15 persen.
Sementara empat kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,66 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,02 persen; kelompok sandang 0,75 persen; dan kelompok kesehatan 0,66 persen.
"Komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya deflasi adalah daging sapi, bawang merah, udang basah, daun bawang, tarif listrik, cabai rawit, wortel, telur ayam ras, bensin, dan cumi-cumi," kata Suparno, menerangkan.
Sementara komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya inflasi pada Februari 2016 di Sumenep adalah cabai merah, emas perhiasan, makanan ringan, beras jagung, bayam, kelapa, dan pasta gigi.
"Pada Februari 2016, daerah yang mengalami deflasi tidak hanya di Sumenep, akan tetapi juga di empat kota/kabupaten lainnya di Jawa Timur," ujarnya.
Sesuai data di BPS Sumenep, empat daerah lainnya di Jawa Timur yang mengalami deflasi adalah Kediri sebesar 0,33 persen, Malang 0,15 persen, Probolinggo 0,08 persen, dan Surabaya 0,11 persen.
Sementara tiga daerah lainnya di Jawa Timur yang menjadi lokasi survei IHK mengalami inflasi pada Februari 2016, yakni Jember sebesar 0,12 persen, Banyuwangi 0,12 persen, dan Madiun 0,03 persen. (*)