Surabaya (Antara Jatim) – Empat mahasiswa Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Surabaya (Ubaya) membuat alat pengering bahan obat herbal atau indirect solar dryer.
Mereka berempat adalah Dewi Anggraini Antoro, Timotius Axel Suyanto, Fhelix August Soebiantoro, dan Violita Putri Halim yang membuat penelitian sebagai tugas mata kuliah penelitian.
"Indirect solar dryer merupakan metode pengeringan dengan menggunakan bantuan sinar matahari langsung. Kami membuat indirect solar dryer ini untuk mengeringkan daun sirsak, kunyit, dan temulawak," kata Dewi Anggraini Antoro di Surabaya, Rabu.
Ia mengatakan alat yang telah dirakit secara tim tersebut akan digunakan untuk bahan obat herbal dengan cara keja dengan pemanasan yang terjadi berasal dari dua arah, yaitu dari sinar matahari secara langsung melalui solar kolektor dan aliran udara panas lebih efektif untuk mengeringkan.
"Bahan yang dikeringkan tidak mudah terkontaminasi karena alat ini tertutup. Kelebihannya metode ini bersifat ekonomis, biaya operasinya lebih murah karena menggunakan bantuan sinar matahari langsung tanpa listrik," paparnya.
Di sisi lain, Violita Putri Halim mengatakan jika sinar matahari sangat terik maka panas yang dihasilkan indirect solar dryer bisa mencapai 65 derajat Celcius dalam keadaan kosong dan mencapai 60 derajat Celcius dalam keadaan isi.
"Kami ingin meneliti bahan obat herbal yang dikeringkan lebih efektif menggunakan indirect solar dryer atau pengeringan dengan menggunakan sinar matahari langsung," terangnya.
Indirect solar dryer, lanjutnya yang memilikiwarna hitam dan berbentuk segitiga dari arah samping dengan sudut kemiringan 60 derajat.
"Indirect Solar Dryer memiliki ukuran panjang 91 cm, lebar 129 cm dan tinggi 178 cm, sedangkan ukuran bagian Solar Kolektor 91 cm kali 188 cm. Di dalam Indirect Solar Dryer terdapat 5 tray atau tempat untuk meletakkan bahan yang akan dikeringkan," jelasnya.
Fhelix August Soebiantoro menambahkan bahan yang digunakan dalam pembuatan Indirect Solar Dryer yakni triplek, kayu, plat galvanis, kaca, kasa aluminium, termometer, cat, paku, dan roda.
"Proses pembuatan alat ini membutuhkan waktu 1 bulan, mulai dari konsep desain, pemilihan bahan, pembuatan rangka, hingga finishing akhir dengan cat dengan menghabiskan biaya sebesar Rp3,5 juta," tuturnya.
Ia berharap Indirect Solar Dryer dapat dikembangkan lagi agar bisa mengeringkan lebih cepat serta bisa dikomersialkan.
“Mahasiswa menerapkan antara teori dengan praktek sudah sesuai, mahasiswa juga belajar mengenai hemat energi terbarukan. Indirect Solar Dryer dengan desain tertutup membuat mutu terjamin dan terlindungi dari hewan seperti tikus maupun lainnya,” tandasnya. (*)