Tiga Acara Pendidikan Nasional Digelar di Surabaya
Minggu, 9 November 2014 18:17 WIB
Surabaya (Antara Jatim) - Sedikitnya ada tiga acara pendidikan yang digelar di Kota Surabaya, Minggu, bertepatan dengan momen peringatan Hari Pahlawan, yakni pameran pendidikan, lomba peneliti belia dan Kongres Pelajar Indonesia 2014.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya Ikhsan menyatakan pameran pendidikan yang dihelat di kompleks Balai Pemuda pada 9-11 November ini merupakan kegiatan rutin tahunan yang bertujuan guna memberikan wadah bagi bakat serta kreativitas pelajar.
"Biasanya acara ini dilaksanakan di Jatim Expo, namun agar masyarakat lebih mudah menjangkau jadilah pameran dilaksanakan di kompleks yang berstatus cagar budaya tersebut," katanya.
Menurut dia, sebanyak 119 stan sekolah-sekolah di Surabaya siap menampilkan produk terbaiknya selama tiga hari penyelenggaraan. Berdasar pantauan di lapangan, beberapa stan memamerkan batik, lukisan, produk daur ulang, aneka kerajinan kreatif, makanan/minuman olahan, hingga robot.
"Sebenarnya ada lebih dari 119 stan, namun karena keterbatasan tempat maka yang bisa terakomodir hanya 119 saja," katanya.
Selain pameran, lanjut dia, Kota Pahlawan juga menjadi tuan rumah lomba peneliti belia tingkat Nasional. Peserta lomba dari Surabaya sendiri sebanyak 80 orang. Secara keseluruhan, lomba ini diikuti oleh 200 peserta.
Sementara itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dalam sambutannya menyatakan, pameran ini terselenggara atas dasar kesadaran bahwa masing-masing anak dikaruniai kelebihan yang berbeda-beda.
"Maksudnya adalah, kepandaian tidak hanya diukur oleh hal-hal bersifat akademik. Namun juga sisi kreativitas dan inovasi. Ini semua untuk mewujudkan sistem pendidikan yang multitalenta," katanya.
Dia menilai, kegiatan ini sangat positif dan dapat memotivasi para pelajar untuk berbuat yang terbaik demi karyanya. Dengan demikian, pelajar atau generasi muda akan terjauhkan dari potensi kenakalan remaja.
Meski hasil karya yang ditampilkan secara kuantitas cukup banyak, wali kota masih memandang ada sedikit kekurangan yang perlu mendapat perhatian. Alumnus ITS tersebut memandang selama ini hasil karya anak negeri kuat di konsep namun lemah di hasil akhir.
Itulah sebabnya, hingga kini belum banyak karya inovasi dalam negeri yang mampu
menembus dan bersaing di pasaran. Untuk itu, Tri Rismaharini mengisyaratkan perlunya jam terbang dan pelatihan untuk mengasah motorik halus para siswa sehingga bisa lebih menghasilkan inovasi-inovasi terbaik.
Hal senada juga disampaikan Ketua Dewan Pendidikan Surabaya Martadi. Dia setuju dengan apa yang disampaikan wali kota. Selama ini kekuatan pelajar terletak pada ide-idenya. Sayangnya, menurut dia, ide tersebut kurang mendapat dukungan sehingga hasil karya kurang optimal.
Oleh karenanya, Martadi menyimpulkan bahwa apa yang menjadi pekerjaan rumah selanjutnya adalah bagaimana mewadahi ide-ide yang baik itu. "Dalam hal ini sinergi antara pemerintah, perusahaan serta elemen masyarakat termasuk orang tua memegang peranan penting," ujarnya. (*)