Surabaya (Antara Jatim) - Universitas Indonesia bersama Universitas Surabaya mengusulkan kepada Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk menetapkan Surabaya sebagai kota ramah lansia (kelompok lanjut usia). "Awalnya, kami meneliti 14 kota, lalu kami pilih Surabaya untuk kategori kota besar dan Payakumbuh (Sumbar) untuk kategori kota kecil," kata Direktur Pusat Studi Kelanjut Usiaan (Center for Ageing Study) UI Prof Tri Budi W. Rahardjo di Surabaya, Jumat. Saat berbicara pada seminar tentang "Lansia Sehat, Mandiri, dan Bahagia" yang dihadiri Dr Kanchit Limpakarnjanarat (WHO) dan Dr Wendy Hartanto (Deputi Bidang Pengendalian Kependudukan BKKBN), ia menjelaskan pihaknya (UI-Ubaya) kini sepakat mengusulkan Surabaya ke WHO. "Nanti, pihak Ubaya akan meminta tanda tangan Wali Kota Surabaya untuk komitmen pada pencapaian substansi usulan hingga 100 persen, lalu kami akan menyampaikan usulan itu kepada WHO melalui laman WHO dan utusan WHO akan turun ke Surabaya untuk mengecek usulan itu. Penilaian kami, program peduli lansia di Surabaya saat ini sudah mencapai 60-an persen," katanya. Delapan kriteria penilaian Kota Ramah Lansia yakni gedung, transportasi, keterlibatan lansia dalam kegiatan sosial (panti wreda), keterlibatan lansia dalam dunia kerja, informasi dan edukasi untuk lansia, layanan sosial dan kesehatan, aksesibilitas, dan layanan terintegrasi. "Mungkin, kendala Surabaya pada transportasi, karena moda transportasi yang ramah lansia di Surabaya saat ini hanya becak, sedangkan untuk jarak jauh masih belum ada. Kalau di negara lain ada angkutan kota yang diperuntukkan khusus lansia dan angkot khusus itu akan mengangkut dan mengantar lansia hingga rumah," katanya. Senada dengan itu, perwakilan WHO untuk Indonesia, Dr Kanchit Limpakarnjanarat, menyatakan usia lansia semakin meningkat, karena usia harapan hidup naik dan kesehatan juga membaik. "Indonesia termasuk paling cepat, karena lansia pada tahun 2010 hanya 18 juta dan saat ini berjumlah 20,8 juta (2014), lalu diperkirakan mencapai 36 persen dari penduduk pada tahun 2025," katanya dalam seminar yang diselenggarakan Fakultas Farmasi Ubaya itu. Didampingi Deputi Bidang Pengendalian Kependudukan BKKBN, Dr Wendy Hartanto, ia menyatakan semakin aktif seorang lansia itu akan semakin sehat dan sejahtera, karena itu lansia yang aktif itu penting. "Untuk itu keberadaan kelompok lansia seperti panti wreda itu sangat penting bagi mendorong aktivitas lansia itu," katanya dalam seminar untuk memperingati Hari Lanjut Usia pada 29 Mei, Hari Keluarga Nasional ke-21, Hari Jadi Kota Surabaya ke-721 pada 31 Mei, dan Dies Natalis ke-46 Universitas Surabaya itu. Dalam kesempatan itu, Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan KB Kota Surabaya Dra Nanis Chairani MM yang mewakili Wali Kota Surabaya Ir Tri Rismaharini MT menegaskan bahwa jumlah lansia di Kota Surabaya sekitar 300 ribu orang atau 10 persen dari total jumlah penduduk Surabaya pada tahun 2013. "Bu wali kota tidak ingin warganya terlantar dalam pendidikan dan kesehatan, karena itu untuk lansia diberi berbagai program, di antaranya program pemberian makanan untuk lansia di tingkat RW, pemeriksaan kesehatan gratis, membangun taman lansia di Jalan Kalimantan, membangun Griya Wreda di Medokan khusus untuk lansia terlantar, dan sebagainya," katanya. (*)
UI-Ubaya Usulkan Surabaya jadi Kota Ramah Lansia
Jumat, 9 Mei 2014 20:22 WIB