Kalau dipikir nalar, mana mungkin seorang ibu rumah tangga, yang setiap harinya berkutat di dapur, setiap harinya menyiapkan perlengkapan anak sekolah, setiap harinya membersihkan perabotan rumah, justru lebih rawan terkena virus HIV dan mengidap AIDS. Lantas, dari mana seorang ibu yang jarang keluar rumah malah terinveksi? Sejumlah catatan organisasi dan aktivis peduli sosial, ibu rumah tangga terancam HIV/AIDS karena ditulari oleh suaminya yang bekerja di luar. Dari data yang dimiliki Unit Perawatan Intermediet Penyakit Infeksi (UPIPI) RSU dr Soetomo Surabaya, hingga Juni 2013, di provinsi ini sudah sekitar 1.168 ibu yang terjangkit. Sebuah fakta mengejutkan, karena berada di peringkat ketiga tertinggi di bawah pelanggan yang pekerjaannya serabutan dengan 1.827 orang, dan wiraswasta sebanyak 1.195 orang. Padahal, wanita tuna susila "hanya" 548 orang yang terserang virus ini. Tidak semua memang. Tapi catatan mencengangkan di sejumlah daerah di Indonesia menjadi tolok ukur bahwa seorang istri harus lebih protektif terhadap suaminya. Bukan tidak mungkin, godaan di luar membuat iman laki-laki goyah dan jatuh ke pelukan wanita penghibur. Siapa tahu, perempuan-perempuan atau yang biasa disapa "kupu-kupu malam" terjangkit virus yang sampai saat ini belum ditemukan obatnya tersebut. Kemudian, perempuan itu "dipakai" oleh pria-pria beristri. Otomatis, pria itu tertular. Parahnya, setelah pulang ke rumah, para pria menularkannya ke istri saat mereka berhubungan badan. Virus itu pun menular ke sang istri yang sebenarnya tidak tahu apa-apa. Maka, suami-istri itu sama-sama terjangkit HIV/AIDS. Ancamannya berhenti sampai di situ? Belum. Sang ibu yang juga tidak mengetahui dia terjangkit virus pun secara tidak sadar rentan menularkan ke sang anak. Karena penularan virus ini tidak hanya melalui hubungan seksual, namun dengan berbagai cara, salah satunya melalui cairan darah. Bahkan, air susu ibu bisa menularkan kala sang ibu terjangkit dan menyusui bayinya. Lengkapnya, penularan virus HIV/AIDS di antaranya melalui cairan darah, transfusi darah/produk darah yang sudah tercemar HIV, lewat pemakaian jarum suntik yang tercemar HIV, kemudian dipakai bergantian tanpa disterilkan, semisal pemakaian jarum suntik di kalangan pengguna narkotika suntikan, penyuntikan obat, imunisasi, pemakaian alat tusuk yang menembus kulit, seperti alat tindik, tato, dan alat "facial" wajah. Berikutnya, penularan lewat cairan sperma dan cairan vagina, yakni melalui hubungan seks penetratif tanpa menggunakan kondom, sehingga memungkinkan tercampurnya cairan sperma dengan cairan vagina, atau tercampurnya cairan sperma dengan darah. Sedangkan melalui air susu ibu (ASI), penularan ini dimungkinkan dari seorang ibu hamil yang HIV positif, dan melahirkan lewat vagina, kemudian menyusui bayinya dengan ASI. Kemungkinan penularan dari ibu ke bayi ini berkisar hingga 30 persen, artinya dari setiap 10 kehamilan dari ibu HIV positif kemungkinan ada 3 bayi yang lahir dengan HIV positif. Gubernur Jawa Timur Soekarwo memberi perhatian khusus terhadap penularan HIV/AIDS pada ibu rumah tangga ini. Pemerintah Provinsi Jatim bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat, berusaha menekan tingginya wanita tuna susila (WTS) di lokalisasi-lokalisasi yang tersebar. "Kami bersama para ulama secara bertahap menutup lokalisasi, khususnya di Jatim. Sampai sekarang sudah banyak yang ditutup dan secara perlahan pasti akan kami tutup," ucap gubernur yang akrab disapa Pakde Karwo itu. Penutupan lokalisasi ini dimaksudkan agar tidak ada pria-pria hidung belang yang mampir menyalurkan hasrat seksualnya. Apalagi, jika dilakukan tanpa alat pengaman atau kondom. Dengan tidak adanya lokalisasi maka pria-pria itu kesulitan "jajan sembarangan". "Efeknya, suami-suami tidak tertular dan istri di rumah bebas dari ancaman. Tidak semua laki-laki memang yang suka ke lokalisasi, tapi bagaimanapun juga harus dicegah dan para WTS harus bekerja lain dan diberi pembekalan serta keterampilan," tuturnya. Selain upaya pemerintah, tentunya para ibu rumah tangga juga harus memiliki cara mencegah terjangkit HIV. Salah satu upaya yang harus dilakukan dan paling nyata di kehidupan bermasyarakat yakni melalui pemahaman di Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), mulai tingkat RT, RW, Kelurahan, Kecamatan hingga Kabupaten/Kota. Para ibu-ibu PKK bisa lebih aktif membentengi dengan lebih tegas dan tidak membiarkan suaminya berbuat negatif di luar rumah. Di antaranya, pada pertemuan-pertemuan PKK harus diperkuat isu tentang HIV/AIDS, sehingga faham dan mudah membentengi suaminya. Selain itu, para ibu-ibu harus mengerti tanda-tanda seseorang terjangkit HIV/AIDS. Jika mengetahui ada perubahan pada suaminya, segera cegah dan merujuknya ke rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan. Tentunya dengan mengantisipasi tindakan-tindakan yang bisa mengancam penularan. Tidak itu saja, seseorang usia 20-30 tahun ternyata juga rentan terkena virus itu. Masih berdasarkan catatan UPIPI RSU dr Soetomo Surabaya, mereka biasanya tertular pada masa remaja, sekitar usia 15-20 tahun akibat terlalu bebasnya pergaulan. "Karena itulah orang tua harus membentengi anak-anak remajanya dalam bergaul dan tidak membebaskannya tanpa dibekali pengetahuan kuat tentang bahaya HIV/AIDS. Ini yang harus menjadi perhatian serius," papar Koordinator UPIPI RSU dr Soetomo Surabaya, dr Erwin Astha Triyono SpPD-KPTI. Sekedar catatan, AIDS tidak ditularkan melalui makan dan minum bersama, atau pemakaian alat makan minum bersama, pemakaian fasilitas umum bersama, seperti telepon umum, WC umum, dan kolam renang. Kemudian ciuman, senggolan, pelukan dan kegiatan sehari-hari lainnya. AIDS atau kependekan dari "Acquired Immune Deficiency Syndrome", adalah sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus Human Immunodeficiency Virus (HIV), yakni virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. Pada momentum Hari AIDS yang setiap tahunnya diperingati 1 Desember, mari saling mencegah semakin menjamurnya virus ini. Karena belum ada obat maka pencegahan jalan terpenting. Jaga selalu mata, hati serta iman kita untuk tidak mencoba hal-hal negatif yang berpotensi tertular. Lindungi anak cucu kita dari virus mematikan ini. (fiqiharfani@gmail.com)
Rentannya Ibu Rumah Tangga Terserang AIDS
Minggu, 1 Desember 2013 5:23 WIB