Pengamat: Operasi Militer Selain Perang Lebih Mendesak
Selasa, 16 Juli 2013 7:59 WIB
Malang (Antara Jatim) - Pengamat militer Universitas Muhammadiyah Malang Dr Muhadjir Effendi menyatakan operasi militer selain perang lebih mendesak ketimbang wajib militer yang mulai digodok oleh pemerintah dan DPR dalam Rancangan Undang-undang (RUU) Komponen Cadangan.
"Aturan kebijakan berupa Peraturan Pemerintah (PP) terkait operasi militer selain perang ini lebih mendesak daripada membahas wajib militer, karena negara ini tidak dalam kondisi terancam perang," tegas Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu di Malang, Selasa.
Apalagi, lanjutnya, tren perkembagan profesi militer terbaru, yakni tentara lebih banyak diarahkan pada "civic mission" dan di Indonesia acuan hukumnya masih belum kuat, sehingga dibutuhkan PP.
Sebenarnya, kata Muhadjir, pelibatan tentara dalam misi-misi sosial atau operasi militer selain perang ini sudah cukup lama, meski landasan hukumnya tidak ada, sehingga asal comot dan tidak dibarengi dengan anggaran memadai.
Ia mencontohkan keterlibatan TNI dalam kasus asap di Pekanbaru, ketika terjadi bencana alam hingga bedah rumah warga kurang mampu dan program bersih-bersih kali. Dan, ternyata keterlibatan TNI ini lebih efektif dan efesien.
Oleh karena itu, kata Muhadjir, TNI yang ada saja dimaksimalkan perannya daripada membuat program wajib militer yang tentu juga membutuhkan anggaran besar. Akan lebih baik jika anggaran itu dialihkan untuk pembelian alutsista dan kapal-kapal militer yang multifungsi.
Dengan memaksimalkan peran TNI yang ada saat ini, tegasnya, akan mengurangi anggapan negatif masyarakat, sebab sekarang ini banyak muncul anggapan kalau tentara itu adalah pegawai penghabis pajak. Akibatnya, masyarakat menjadi sinis terhadap keberadaan TNI dan itu yang harus dihindari.
Mengenai wajib militer yang lebih banyak diarahkan untuk menumbuhkan nasionalisme, Muhadjir secara tegas mengatakan, kalaupun terpaksa harus ada wajib militer, maka sasarannya adalah generasi muda, bukan karyawan (buruh) atau pegawai negeri sipil (PNS).
Sebab, ucapnya, para PNS sudah dibekali dengan berbagai materi yang mampu menumbuhkan nasionalismenya ketika menjalani prajabatan dan untuk buruh atau karyawan, selain dibekali dengan materi dan praktik militer, juga harus dibekali dengan berbagai keterampilan usaha.
Dan, para wajib militer ini nantinya setelah ditugaskan untuk mengamankan tempat-tempat umum strategis dan masa wajib militernya berakhir, mereka bisa membuka usaha untuk menopang ekonominya.
"Ini yang harus kita pikirkan, sebab kalau wajib militer ini tujuannya murni untuk komponen cadangan saja, Insya Allah sampai kapanpun negara ini tidak akan pernah berperang dengan negara mana pun," kata Muhadjir, menandaskan.(*)