Lumajang, Jawa Timur (ANTARA) - Warga Dusun Sumberlangsep, Desa Jugosari, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur mengungsi ke daerah perbukitan akibat banjir lahar hujan dari Gunung Semeru yang menerjang kawasan permukiman mereka, Sabtu sore.
"Memang benar warga Dusun Sumberlangsep mengungsi akibat lahar dingin Semeru, sehingga malam ini kami akan mendirikan dapur umum untuk warga dusun tersebut," kata Bupati Lumajang Indah Amperawati saat dikonfirmasi per telepon.
Berdasarkan video amatir warga dusun setempat terlihat banjir lahar hujan mulai masuk permukiman pada Sabtu sore, sehingga warga berbondong-bondong mengungsi ke tempat yang aman di kawasan bukit yang lebih tinggi.
Dilaporkan oleh salah satu warga bahwa pengungsi di RT22 sebanyak 35 orang dengan rincian 25 dewasa dan 10 anak-anak, kondisi di pengungsian tersebut tidak ada penerangan, sehingga warga menggunakan senter.
Jumlah warga Dusun Sumberlangsep, Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro 137 kepala keluarga (KK). Lokasi itu di seberang Sungai Regoyo yang dilalui banjir lahar hujan Gunung Semeru.
Anggota Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang Danial mengatakan pihaknya masih belum bisa mengakses ke lokasi pengungsian warga Dusun Sumberlangsep karena masih terjadi letusan sekunder di Sungai Regoyo.
"Untuk sementara ini, kami bersama tim hanya bisa memantau jarak jauh karena banjir lahar tersebut menyisakan kepulan asap panas dari letusan sekunder Semeru," katanya.
Akses keluar masuk warga Dusun Sumberlangsep juga terdampak banjir lahar hujan disertai material Gunung Semeru, sehingga ratusan warga yang mengungsi ke perbukitan di dusun setempat dalam situasi terisolasi.
"Petugas belum bisa melakukan asesmen di lokasi terdampak banjir lahar Semeru karena akses menuju ke Dusun Sumberlangsep tidak memungkinkan dan berbahaya, sehingga petugas hanya bisa berkomunikasi dengan warga yang mengungsi melalui WhatsApp," ujarnya.
Berdasarkan data Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, aktivitas gunung tertinggi di Pulau Jawa itu mengalami satu kali getaran banjir dengan amplitudo 40 mm selama 7.950 detik dan 11 kali gempa guguran.
