Inflasi Jember Bulan November Terendah Se-Jatim
Selasa, 4 Desember 2012 15:32 WIB
Jember - Angka inflasi atau indeks harga konsumen (IHK) di Kabupaten Jember pada bulan November 2012 merupakan inflasi terendah dibandingkan kabupaten/kota lain di Jawa Timur yakni 0,03 persen dengan inflasi tahunan 4,25 persen (yoy).
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jember, Wahyudi, Selasa, mengatakan angka inflasi Jember pada bulan November terendah se-Jatim, padahal pada bulan sebelumnya tercatat inflasi Jember tertinggi se-Jatim yang mencapai 0,28 persen.
"Stabilnya konsumsi masyarakat mendorong inflasi bulan ini pada level yang rendah, bahkan lebih rendah dari inflasi Jawa Timur sebesar 0,21 persen," katanya.
Dari tujuh kota IHK di Jawa Timur, semua kota mengalami inflasi dengan inflasi tertinggi terjadi di Surabaya sebesar 0,25 persen diikuti Probolinggo sebesar 0,24 persen, Malang sebesar 0,23 persen, Madiun sebesar 0,17 persen, Sumenep sebesar 0,13 persen, dan Kediri sebesar 0,05 persen.
Menurut Wahyudi penyumbang inflasi terbesar di Jember adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang mencapai 0,46 persen terutama harga biaya tempat tinggal yang meningkat sebesar 0,94 persen.
"Penyumbang lainnya kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,10 persen, sedangkan kelompok sandang deflasi sebesar 0,39 persen, diikuti kelompok bahan makanan 0,14 persen dan kelompok transportasi 0,10 persen," katanya.
Sedangkan deflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya sebesar 1,09 persen pada komoditas emas perhiasan sebesar 1,27 persen.
Sementara Deputi Pemimpin Bank Indonesia Jember Bidang Ekonomi Moneter, Dwi Suslamanto, mengatakan inflasi Jember rendah karena harga beberapa komoditas "volatile foods" seperti daging ayam ras, tomat sayur, dan cabe rawit dan komoditas "administered price" mengalami deflasi.
"Tekanan inflasi tertahan oleh komoditas strategis lainnya yang memiliki andil besar pada deflasi yakni pada kelompok bahan makanan antara lain daging dan hasil-hasilnya deflasi sebesar 5,22 persen, bumbu-bumbuan 2,02 persen, kacang-kacangan 0,63 persen, lemak dan minyak sebesar 0,52 persen, dan bahan makanan lainnya sebesar 0,03 persen.
Ia menjelaskan hasil survei menunjukkan adanya penurunan konsumsi masyarakat sebelum perayaan Hari Raya Natal dan Tahun Baru, namun ekspektasi konsumsi diperkirakan cenderung meningkat pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru 2013.(*)