Madiun - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Madiun, Jawa Timur, mewaspadai bencana tanah longsor yang rawan terjadi di lereng Gunung Wilis selama musim hujan. "Kewaspadaan tersebut disikapi dengan menggelar simulasi tanggap darurat dan penanganan korban tanah lonsor di Dusun Sempu, Desa Padas, Kecamatan Dagangan," ujar Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Madiun Ahmad Nuryanto, Kamis. Menurut dia, lokasi tersebut dipilih sebagai tempat simulasi karena Desa Padas merupakan satu dari sejumlah wilayah yang rawan terjadi bencana tanah longsor di lereng Gunung Wilis saat musim hujan. Kondisi sejumlah tebing yang ada di wilayah setempat sudah mengalami retakan. Sehingga diprediksi rawan longsor jika hujan deras mengguyur kawasan setempat dengan intensitas tinggi dan sering. "Wilayah Padas Kecamatan Dagangan memang rawan, sebab sudah ada tanda-tanda retakan tanah sisa dari bencana tanah longsor tahun lalu. Ditakutkan, retakan tanah tersebut bisa berpotensi menjadi tanah longsor pada tahun-tahun berikutnya," kata Nuryanto. Selain melibatkan seratusan petugas BPBD dan relawan, simulasi juga melibatkan warga desa setempat. Dalam simulasi tersebut diperankan petugas sedang berusaha mengevakuasi korban bencana tanah longsor. Juga diperankan, petugas memberikan pertolongan medis kepada warga. Sasaran evakuasi diutamakan kepada korban luka, tewas, ibu hamil, kaum wanita, dan anak-anak. Setelah itu baru evakuasi harta beda milik warga. Salah satu warga setempat yang ikut melakukan simulasi, Sulastri, mengaku senang bisa mengikuti simulasi yang digelar oleh instansi terkait. Hal ini sedikit mengurangi kecemasannya karena desa yang ditempatinya rawan longsor. "Setiap musim hujan, desa sini rawan longsor karena terletak di lereng gunung. Warga sekitar sering mengungsi ke tetangga atau tempat yang lebih aman jika hujan deras melanda," kata dia. Menurutnya, sejak awal musim hujan kali ini sudah terjadi dua kali longsoran kecil di sejumlah tebing yang ada. Dengan ikut simulasi warga jadi lebih tahu kalau harus waspada terhadap bencana yang mengancam. Selain menggelar simulasi, BPBD Kabupaten Madiun juga memasang alat deteksi dini bencana tanah longsor di desa setempat. Alat tersebut akan berbunyi sirinenya jika retakan tanah semakin meluas dan terjadi longsor. Sementara, BPBD setempat mencatat, jelang akhir tahun 2012 telah terjadi lebih dari 38 bencana di wilayah setempat. Pihaknya merinci, 38 kasus bencana alam tersebut terdiri dari, banjir sebanyak lima kasus, tanah longsor sebanyak sembilan kasus, angin puting beliung sebanyak 10 kasus, kebakaran sebanyak 13 kasus, dan konflik sosial sebanyak satu kasus. Jumlah tahun ini menurun jika dibanding tahun sebelumnya, dimana bencana banjir pada tahun 2010 terjadi sebanyak 30 kasus, tahun 2011 sebanyak enam kasus, dan tahun 2012 sebanyak lima kasus. Bencana tanah longsor pada tahun 2010 terjadi sebanyak 32 kasus, tahun 2011 sebanyak 15 kasus, dan tahun 2012 sebanyak sembilan kasus. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012