Surabaya - Satuan Polisi Pamong Praja Kota Surabaya berhasil mengamankan 17 anak baru gede (ABG) saat razia yang digelar di sejumlah tempat pada Senin (29/10) malam hingga Selasa (30/10) dini hari.
Kepala Satpol PP Surabaya Irvan Widyanto, Selasa, mengatakan, meski pihaknya sering melakukan razia, namun tetap saja banyak ABG yang keluyuran malam bahkan hingga dini hari.
"Mereka juga tidak membawa KTP (Kartu Tanda Penduduk)," ujarnya.
Menurut dia, pihaknya saat ini konsentrasi untuk memerangi perdagangan manusia atau "trafficking" yang meresahkan masyarakat.
Diketahui dari 17 ABG itu, mereka ada yang terdeteksi sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK) dan waria. Jumlahnya empat orang, yakni satu PSK dan tiga waria. Berikutnya, pria yang di bawah umur (belum 17 tahun) ada satu orang.
Sedangkan untuk wanita, yang di bawah 17 tahun satu orang. Sementara itu perempuan yang di atas 18 tahun ada 11 orang. "Mereka kami amankan untuk diberi pembinaan. Kita juga menghubungi orang tua masing-masing agar perilaku anaknya lebih diawasi," terang Irvan.
Irvan mengatakan setelah dibawa ke kantor Satpol PP, mereka diminta menunjukkan KTP-nya. Jika ada yang mengaku ketinggalan, maka mereka diminta keluarganya untuk membawakan KTP itu.
Dari jumlah 17 orang itu, lanjut dia, akhirnya tujuh ABG di antaranya dilepas karena sudah bisa menunjukkan identitas diri. Sisanya, dua orang dijemput keluarga dan satu orang tidak dijemput.
"Khusus PSK dan waria, mereka kami kirimkan ke Liponsos (Lingkungan Pondok Sosial) Keputih," tegas mantan Camat Rungkut ini.
Razia kali ini sendiri mengambil rute yang berbeda. Selain mendatangi kafe atau tempat hiburan lain, tim juga menyisir beberapa lokasi yang sebelumnya tidak dijamah, misalnya di Balai Pemuda, taman lansia, taman Sulawesi, bundaran Waru, taman pelangi dan taman Gubernur Suryo.
Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Surabaya Supomo mengatakan pihaknya tidak bisa memberikan sanksi yang lebih tegas, misalnya disidangkan tindak pidana ringan (tipiring).
"Kalau mau tipiring, kita harus mengetahui salah mereka apa," kata Supomo.
Ia menambahkan razia ini memang lebih ditekankan pada razia untuk antisipasi "trafficking" sebagaimana instruksi Wali Kota Tri Rismaharini agar gencar melakukan penanganan pencegahan "trafficking".
"Dan ini merupakan salah satu bentuk pencegahannya. Kita juga panggil orang tuanya, biar keluyuran malam tidak diulangi," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012