Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang diluncurkan Pemerintah Kabupaten Lumajang menyasar sebanyak 3.750 penerima manfaat yang terdiri atas siswa sekolah, balita, dan ibu hamil.
"SPPG ini digadang sebagai salah satu inovasi unggulan untuk memperkuat ketahanan pangan daerah, meningkatkan kesehatan masyarakat, sekaligus memberdayakan ekonomi lokal," kata Bupati Lumajang Indah Amperawati saat meninjau SPPG di SMP NU An Naashiri di Kecamatan Pasrujambe, Senin.
Menurut dia SPPG bukan sekadar sarana distribusi makanan, melainkan intervensi gizi terencana yang didesain berbasis standar kesehatan karena setiap menu disusun sesuai kebutuhan gizi kelompok usia, mulai dari balita hingga orang dewasa.
"Untuk anak-anak berasnya 100 gram, orang dewasa 175 gram, dan balita 100 gram. Komposisinya disesuaikan dengan kebutuhan gizi masing-masing penerima manfaat," tuturnya.
Meski setiap porsi hanya dialokasikan Rp10.000, lanjut dia, Pemkab Lumajang menekankan kualitas bahan pangan tetap menjadi prioritas. Hal itu dibuktikan dengan pengawasan ketat dari ahli gizi dan Dinas Kesehatan agar setiap hidangan benar-benar memenuhi standar gizi seimbang.
"Program itu kami awasi ketat. Tidak boleh asal kenyang, tapi harus benar-benar sehat," ucap bupati yang akrab disapa Bunda Indah itu.
Ia menjelaskan keunggulan lain SPPG itu adalah pemanfaatan 100 persen bahan pangan lokal, mulai beras, sayur, hingga lauk-pauk, seluruhnya dipasok petani dan pelaku UMKM Lumajang. Skema itu bukan hanya menjamin ketersediaan bahan segar, tapi juga menggerakkan roda ekonomi masyarakat desa.
"Semua bahan baku kami ambil dari lokal. Jadi selain menyehatkan anak-anak dan ibu hamil, kita juga mendukung petani dan UMKM agar terus berdaya," katanya.
Pemkab Lumajang juga memastikan akses layanan merata, termasuk bagi warga di daerah terpencil seperti di Desa Ranupani di kaki Gunung Semeru. Sistem distribusi dirancang cepat, sehingga makanan tiba dalam kondisi layak konsumsi.
"Daerah seperti Desa Ranupani mendapat perhatian khusus. Kami pastikan makanan sampai maksimal 25 menit, idealnya 20 menit," katanya.
SPPG tersebut diyakini juga akan memberikan dampak strategis dalam menekan angka stunting dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, sehingga menjadi bagian dari komitmen Lumajang menyiapkan Generasi Emas 2045 yang sehat, cerdas, dan berdaya saing.
"Itu bukan sekadar program makan bergizi. Itu adalah investasi jangka panjang untuk menyiapkan masa depan Lumajang dan Indonesia," ujarnya.
Dengan pelaksanaan yang terintegrasi antara layanan gizi, pemberdayaan ekonomi lokal, dan ketahanan pangan, maka SPPG Lumajang dijadikan sebagai model pembangunan kesehatan preventif berbasis kearifan lokal yang layak dikembangkan secara nasional.
Editor : Vicki Febrianto
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2025