Malang - Pengamat militer dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Dr Muhajir Effendi menyatakan bahwa posisi TNI saat ini memang dalam dilematis. "Kita saat ini memang dalam kondisi dilematis, sebab kondisi alutsista kita membutuhkan anggaran yang cukup besar sebagai alat pertahanan negara dan kesejateraan prajurit juga harus mendapat perhatian karena kesejahteraan prajurit kita sekarang masih rendah," tegas Muhajir di Malang, Jumat. Anggaran militer dalam APBNP 2012 yang mengalami kenaikan sekitar 35 persen, dari Rp47,5 triliun menjadi Rp64,4 triliun itu cukup menggembirakan dalam skema pembenahan dunia militer di Tanah Air. Hanya saja, katanya, kenaikan sebesar 35 persen itu porsinya harus dibagi secara adil, artinya porsi untuk peningkatan kesejahteraan prajurit dan memodernisasi alutsista harus adil (proporsional). Apalagi, lanjutnya, pengadaan alutsista juga membutuhkan biaya yang sangat besar, sehingga harus ada solusi alternatif yang saling menguntungkan. Salah satu solusinya adalah bekerja sama dengan negara lain yang memiliki keunggulan ketimbang membeli dari negara maju. Ia mencontohkan, adanya kerja sama produksi ("joint product") dengan beberapa negara untuk memodernisasi alat utama sistem senjata atau alutsista. Doktor yang mengupas masalah militer tersebut menyarankan, kerja sama produksi itu bisa dilakukan dengan Korea Selatan dan China, sedangkan untuk teknologi rudal bisa menggandeng Iran. Kesempatan dan peluang untuk melakukan kerja sama produksi tersebut cukup terbuka. (*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012