Madiun - Sejumlah petani tembakau di wilayah Pilangkenceng, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, mengeluhkan turunnya harga komoditas tersebut hingga membuat petani setempat mengalami kerugian. Salah satu petani tembakau di Pilangkenceng, Saiman, mengatakan, tembakau lokal untuk kualitas paling bagus harganya hanya Rp8 ribu hingga Rp17 ribu per kilogram. Padahal tahun lalu harganya di kisaran Rp30 ribu. "Harganya turun hampir separo. Hal ini membuat para petani merugi karena biaya operasional tidak sebanding dengan hasil panen yang diperoleh," ujar Saiman, Jumat. Menurut dia, turunnya harga tembakau ini terjadi sejak sebulan terakhir. Pihaknya menuding turunnya harga tembakau karena ulah spekulan. Pihaknya memilih menanam tembakau karena tahun lalu harganya menggiurkan, yakni tembus Rp35 ribu per kilogram untuk kualitas super. Namun, kenyataan lain terjadi pada masa panen tahun ini. Upaya yang dilakukan petani untuk mendongkrak harga jual tembakau adalah dengan menjual dalam bentuk rajarangan. Meski lebih tinggi dari harga daun tembakau yang baru dipetik namun tetap saja masih kalah dengan tembakau rajangan pada tahun lalu. Sementara, Kepala Bidang Pengembangan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Madiun, Suprihardi, mengatakan, harga tembakau lokal di tingkat petani turun karena panen raya. Kondisi itu, lanjutnya, juga dialami petani tembakau di berbagai daerah lain. "Penjualan tembakau lokal memang mengikuti harga pasar. Selama ini memang belum ada patokan," ujar dia. Stok tembakau yang melimpah di pasaran membuat harga anjlok. Hal ini karena hasil panen petani sekarang meningkat, satu hektare bisa mencapai 1,3 ton tembakau rajang kering. (*)

Pewarta:

Editor : FAROCHA


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012