Batu - Debit air Arboretum Sumber Brantas yang berlokasi di Kota Batu, Jawa Timur, dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini menurun drastis dari sebelumnya 20 liter/detik menjadi 2 liter/detik. Direktur Teknik Perum Jasa Tirta I Harianto, di Malang, Kamis, mengatakan, setiap tahun debit air di Sumber Brantas tersebut terus menurun, bahkan saat ini hanya tinggal dua liter per detik. Padahal, 20 tahun lalu masih sekitar 20 liter/detik. "Menurunnya debit air ini disebabkan oleh banyak hal, di antaranya karena penggundulan dan alih fungsi hutan menjadi perkebunan sayur di kawasan sumber air yang tidak terkendali," ujarnya. Selain itu, lanjutnya, juga adanya perubahan iklim yang menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas air di Sumber Brantas. Oleh karena itu, dalam waktu dekat ini Perum Jasa Tirta I akan melakukan penelitian terhadap Sumber Brantas dan terjadinya perubahan iklim. Ia mengemukakan, pihaknya saat ini sedang menyusun penelitian dan rencana aksi adaptasi terhadap perubahan iklim di sepanjang aliran Sungai Brantas yang melintasi 14 kota/kabupaten di Jatim tersebut. Akibat menurunnya debit air Sumber Brantas tersebut, sejumlah sumber air di kawasan Kota Batu, yang dikelola Perum Jasa Tirta (PJT) I Malang saat ini juga banyak yang mati. Dari 111 sumber air yang ada di kawasan Arboretum Sumber Brantas, sekarang tinggal 57 sumber. Dari 57 sumber yang masih tersisa itu, sekitar 20 sumber berada di kawasan hutan milik Perhutani dan sisanya di kawasan hutan milik masyarakat. Selain Sumber Brantas yang menurun debit airnya, beberapa sumber air yang ada di kawasan Kota Batu juga menurun, seperti Sumber Air Binangun, sebelumnya debit airnya mencapai 250 liter/detik, namun sekarang tinggal 230 liter/detik. "Sumber-sumber air di sejumlah titik di kawasan Kota Batu maupun daerah lain di bawah pengelolaan Perum Jasa Tirta I ini untuk menyuplai berbagai kebutuhan masyarakat, disamping untuk pembangkit tenaga listrik dan industri," ujarnya.(*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012