Bojonegoro - Dua unit instalasi pengolah limbah (IPAL) di Desa Ledokkulon, Kecamatan Kota, Bojonegoro, Jawa Timur, yang dibangun pada 2011, masih belum mampu menampung semua limbah perajin tahu di desa setempat. Ketua Paguyuban Tahu dan Tempe Bojonegoro Arifin, Sabtu, mengatakan, dua unit IPAL yang juga berfungsi sebagai biogas baru mampu menampung limbah 11 perajin tahu dari 42 perajin tahu di desa setempat. Sesuai perhitungan yang pernah dilakukan, masih dibutuhkan 10 unit IPAL untuk bisa memproses semua limbah perajin tahu di desa setempat. IPAL yang berada di tanahnya, kata dia, hasil biogasnya dimanfaatkan sebanyak 15 kepala keluarga (KK) masing-masing KK bisa memanfaatkan dua kompor gas, sedangkan IPAL di tanah milik Saimun, dimanfaatkan 12 KK dengan dua kompor gas per kepala keluarga. "Dua unit IPAL limbah tahu ini bantuan Badan Lingkungan Hidup (LH) Pemkab yang pengerjaannya rampung pada 2011," katanya mengungkapkan. Ia menjelaskan, limbah tahu yang berupa air campuran kedelai dan cuka, setelah masuk lokasi penampungan IPAL dan bermanfaat sebagai bahan bakar gas, kemudian dibuang melalui saluran pembuang menuju Bengawan Solo. "Tapi air buangan dari IPAL sudah tidak berbau, ketika dibuang ke Bengawan Solo yang dari sini jauhnya 1 kilometer," ucapnya. Hal itu, menurut dia, berbeda dengan limbah tahu yang belum diproses melalui IPAL masih berbau dan selama ini limbah perajin tahu yang belum diproses melalui IPAL langsung dibuang ke Bengawan Solo. Ia mengatakan, pembuatan dua unit IPAl limbah tahu di desanya yang memiliki tampungan limbah 4X7 meter itu merupakan percontohan agar perajin tahu lainnya bisa bergotong royong membangun IPAL serupa untuk mengolah limbah tahunya. Namun, katanya, para perajin tahu keberatan membangun IPAL secara gotong royong, dengan alasan biaya pembangunan cukup besar, mencapai Rp75 juta per unit. "Perajin tahu merasa tidak mampu membangun IPAL, dengan alasan biaya," ungkapnya. Padahal, lanjutnya, manfaat keberadaan IPAL, bisa mengurangi kebutuhan bahan bakar sehari-hari, seperti dirinya yang memanfaatkan dua kompor gas untuk membuat tempe. "Kalau dengan gas elpiji 3 kilogram, saya menghabiskan empat tabung selama sebulan," katanya menjelaskan. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012