Kairo - Ribuan pendukung Ahmed Shafik, calon presiden loyalis mantan Presiden Hosni Mubarak pada Sabtu petang turun ke jalan untuk unjuk kekuatan menjelang pengumuman hasil pemilihan presiden tahap kedua.
Para pendukung Shafik itu menyemut di lapangan Makam Pahlawan Tak dikenal dan makam mantan Presiden Anwar Saddat di Madinet Nasr, Kairo timur.
Aksi turun ke jalan pendukung Shafik ini merupakan pertama kali pascapemilihan presiden akhir pekan lalu (16-17/6) yang tampaknya untuk menandingi pendukung Mohamed Moursi, Capres dari Ikhwanul Muslimin yang berunjuk rasa di Bundaran Tahrir, pusat kota Kairo.
Unjuk kekuatan pendukung Shafik tersebut dilakukan sehari menjelang rencana pengumuman hasil pemilihan presiden (pilpres) pada Ahad (24/6).
Komisi Pemilihan Presiden sedianya mengumumkan hasil pilpres itu pada Kamis (21/6) lalu, namun ditunda akibat banyaknya pengaduan dari kedua Capres ikhwal kecurangan dalam pilpres.
Shafik dan Moursi bertarung dalam Pilpres Mesir tahap kedua setelah meraih suara terbanyak dalam pilpres tahap pertama pada 23 dan 24 Mei.
Kedua capres itu sebelumnya secara sepihak masing-masing telah mengklaim kemenangan mereka.
Berbagai media massa setempat dan pemantau independen Pilpres Mesir sebelumnya melaporkan bahwa Moursi meraih suara terbanyak.
Ikhwanul Muslimin, kekuatan politik utama Mesir yang memenangkan pemilihan legislatif, berikrar akan terus "menguasai" Bundaran Tahrir, ikon revolusi Mesir, untuk mendesak Komisi Pilpres agar segera mengumumkan hasil Pilpres.
Demo sejuta umat di Bundaran Tahrir, yang digagas Ikhwanul Muslimin dan diikuti berbagai kelompok pro reformasi, itu telah memasuki hari keenam sejak Senin (18/6).
Selain menuntut segera diumumkan hasil Pilpres, pendukung Ikhwanul Muslimin juga mendesak Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata (SCAF) yang berkuasa untuk membatalkan pembubaran parlemen dan mencabut Maklumat Konstitusi Pelengkap.
SCAF mengambil alih kekuasaan sejak Presiden Hosni Mubarak mengundurkan diri pada 11 Februari 2011.
Pembubaran parlemen dan Maklumat Konstitusi Pelengkap itu dianggap sebagai "kudeta militer" terhadap Revolusi 25 Januari yang menumbangkan rezim Mubarak.
Para pengamat mengkhawatirkan akan terjadi bentrokan hebat antarpendukung kedua capres bila hasil pilres nanti tidak memenuhi harapan salah satu pihak. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012