Bogor - PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk sebagai pengelola bisnis pertambangan menerapkan strategi terpadu dalam manajemen krisis, termasuk dalam hubungan dengan media massa. "Saat ini, respon krisis dalam organisasi tidak terintegrasi dan terstruktur lagi, sehingga membutuhkan struktur formal dan respon krisis terpadu untuk mencegah terjadi lagi krisis, dan mencegah potensi krisis menjadi krisis," kata Corporate Public and Internal Affairs Division Manager PT Indocement Alexander Frans di Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu. Alexander Frans yang juga menjadi salah satu narasumber dalam seminar bertema "Keselamatan Jurnalis dalam Liputan Berisiko Tinggi" yang digagas bersama Serikat Pekerja ANTARA dengan Sekretariat Perusahaan Perum LKBN ANTARA pada Selasa (12/6) di Jakarta mengakui bahwa hubungan dengan media dalam prosedur menangani sebuah krisis yang terjadi dibutuhkan. Dalam strategi terpadu manajemen krisis itu, kata dia, pihaknya menyiapkan rencana operasional dan komunikasi. Ia menjelaskan untuk operasional kegiatan utmanya adalah guna mengisolasi dan menghilangkan sumber krisis, meminimalisasi dan mentralisir dampak, serta rencana untuk mengevakuasi rencana untuk karyawan dan lokal. Sedangkan untuk strategi komunikasinya, adalah penugasan seorang juru bicara, menyiapkan isi informasi, serta menghubungi pemangku kepentingan dari unsur pemerintah, LSM, pers, investor, masyarakat, atau lembaga pendukung. Informasi penting yang ada, katanya, dibutuhkan bagi komunikasi internal, sedangkan untuk eksternal adalah hubungan dengan media hubungan yang membutuhkan. Pada bagian lain, Alexander Frans juga menjelaskan bahwa proses investigasi harus dilakukan setelah krisis. Dalam kaitan itu, tim investigasi dipimpin oleh Manajer Internal Audit, di mana hasil investigasi adalah menemukan akar dan fakta pendukung dari krisis, serta dampak dan kerugian untuk menyusun rekomendasi. Sementara itu, pada tahapan pemulihan krisis, dilakukan berdasarkan hasil investigasi untuk kemudian mendapat persetujuan direksi. Ia juga menjelaskan mengenai jenis pemulihan krisis, yakni memulihkan fasilitas kegiatan operasional. Kemudian, pemulihan sumber daya alam yang rusak, kompensasi kerugian, termasuk soal gugatan hukun dan klaim asuransi, kewajiban pihak ketiga, serta informasi publik yang mencerahkan. Ketua Serikat Pekerja ANTARA Rahmat Nasution menjelaskan bahwa seminar yang digelar di gedung Wisma ANTARA, Jakarta, Selasa itu didukung oleh Kementerian Sosial dan sejumlah pembicara. Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri berkenan menyampaikan pidato kunci yang dibacakan oleh Dirjen Linjamsos Kemensos, Andi ZA Dulung. Sejumlah narasumber juga datang dan memaparkan makalah terkait keselamatan kerja jurnalis berdasar perspektif profesi masing-masing. Para pemakalah yang hadir adalah Anggota Komisi IX DPR RI Arif Minardi, Kepala Divisi Operasional Jamsostek Cipto Richard, Corporate Public and Internal Affairs Division Manager PT Indocement Alexander Frans. Ketiga pemakalah itu mengulas risiko kerja wartawan dalam kaitannya dengan peran DPR, jaminan sosial, dan berbagai liputan kecelakaan pertambangan. Kemudian Ketua Mapala UI Ismatullah, Redaktur Senior Kompas M Subhan, serta wartawan sekaligus pegiat alam bebas Effendy Soen. Mereka membahas berbagai hal teknis pekerjaan jurnalis terkait dengan kemampuan bertahan hidup di lokasi yang berbahaya. Peserta seminar terdiri dari beberapa kalangan, antara lain wartawan, mahasiswa, dan pegiat alam bebas. Seminar tersebut mendapatkan dukungan dari Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Sosial, Basarnas, PT Indocement, PT Jamsostek, XL, Indosat. (*)

Pewarta:

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012