Surabaya - Kementerian Koordinator Perekonomian meyakini Sistem Logistik Nasional/Sislognas dapat menurunkan tingginya biaya logistik di Tanah Air karena penerapannya di pasar nasional bisa meningkatkan kemampuan pelaku penyedia jasa logistik pada masa mendatang. Staf Ahli Kementerian Koordinator Perekonomian, Budi Santoso menjelaskan, Sislognas yang dituangkan dalam Perpres Nomor 26 Tahun 2012 diharapkan juga bertujuan meningkatkan arus perdagangan nasional. "Apalagi, saat ini infrastruktur di penjuru Tanah Air banyak yang belum berkembang dengan baik, sehingga dengan adanya Sislognas maka pelabuhan dan bandara di ASEAN akan menjadi 'feeder' dari pelabuhan serta bandara yang berkembang di ASEAN," katanya saat menjadi pembicara utama di Sosialisasi Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional, di Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Rabu. Menurut dia, secara umum penyelenggaraan Sislognas dapat memberikan pemahaman kepada berbagai pemangku kepentingan tentang hakikat Sislognas. Oleh karena itu, sosialisasi itu mengajak berbagai instansi pemerintahan provinsi dan kabupaten, perguruan tinggi, dan pelaku usaha. "Kami optimistis dengan Sislognas maka perusahaan yang berada di berbagai negara di ASEAN bebas mengembangkan usaha di beragam negara manapun di kawasan ASEAN. Selain itu, sumber daya manusia juga bebas bekerja di kawasan ASEAN pada tahun 2013," ujarnya. Dengan upaya tersebut, ungkap dia, Indonesia dapat menjadi "hub" di kawasan Asia Tenggara sehingga bisa bersaing di pasar global dan berkembang lebih baik. Di samping itu, beragam perusahaan di bidang jasa logistik juga semakin meningkatkan kinerjanya. "Kami harap Sislognas ini mampu menambah kemampuan pengusaha penyediaan jasa logistik. Salah satu caranya bisa dengan membentuk konsorsium sehingga 'low cost high service' bisa terealisasi," katanya. Sementara itu, Dosen Teknik Industri ITS yang terlibat dalam penyusunan Sislognas, Prof Nyoman Pujawan PhD CSCP, menambahkan, Sislognas juga sangat penting bagi pembangunan Jawa Timur. "Apalagi, Sislognas masuk dalam MP3EI yakni poin konektivitas dan ditargetkan bisa meningkatkan daya saing nasional. Bahkan, memudahkan produk dalam negeri di pasar nasional maupun internasional," tuturnya. Pada kesempatan yang sama, Pemateri dari ITB mengenai Perpres 26 Tahun 2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sislognas, Prof Senator Nur Bahagia, mengemukakan, Indonesia berpotensi sebagai "Supply Side" dan "Demand Side" meskipun terkendala oleh kinerja logistik nasional yang belum memuaskan. "Untuk memenangkan persaingan perlu Sislognas yang efektif dan efisien karena persaingan bukan hanya antarproduk dan antarperusahaan tetapi antarrantai pasokan sampai antarnegara," tukasnya. Ia melanjutkan, untuk mewujudkan Sislognas maka Indonesia memerlukan simpul transportasi seperti pelabuhan, terminal, stasiun, depo, pusat distribusi, gudang yang terintegrasi dan terhubung dengan infrastruktur melalui ruang lalu lintas. "Bahkan, perlu adanyan jaringan informasi dan komunikasi handal, jaringan penyedia jasa logistik, perangkat hukum, SDM logistik yang profesional, dan sistem pengadaan yang transparan serta akuntabel," ujarnya.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012