Bojonegoro - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, Jatim, memprediksi ancaman kekeringan di daerahnya tidak akan parah karena berdasarkan prakiraan cuaca kemarau tahun ini sifatnya basah sehingga tetap berpotensi turun hujan. Kasi Kesiapsiagaan BPBD Bojonegoro Sutardjo, Rabu, menyatakan, prediksi kemarau basah tersebut berdasarkan prakiraan cuaca yang dikeluarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda Surabaya. Mengacu prakiraan BMKG, lanjutnya, daerah Bojonegoro dan sekitarnya selama kemarau berpeluang terjadi hujan, sehingga ancaman kekeringan yang bisa menyebabkan warga kesulitan air bersih tidak akan terlalu parah dibandingkankan kekeringan tahun sebelumnya. "Kekeringan masih ada, tapi jumlah warga yang kesulitan air bersih kemungkinan semakin berkurang dibandingkan kekeringan sebelumnya," katanya optimistis. Ia menyebutkan, musim kemarau 2011 kesulitan air bersih dialami puluhan ribu warga di 49 desa di 17 kecamatan, di antaranya di Kecamatan Sugihwaras, Kedungadem, Temayang, Tambakrejo, Ngambon, Kepohbaru dan Baureno. Meski demikian, menurut dia, pihaknya, pada musim kemarau ini tetap melakukan pemantauan daerah yang diperkirakan mengalami kekeringan, untuk mengambil langkah-langkah antisipasi. "Saat ini belum ada warga yang melapor meminta bantuan air bersih, tapi kalau memang ada laporan masuk kita sudah persiapkan untuk melakukan droping air bersih," katanya menegaskan. Sementara itu, Kepala BPBD Bojonegoro Kasiyanto menjelaskan, kemarau ini akan dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi untuk memetakan ulang wilayah setempat yang masih mengalami kekeringan. Polanya, lanjutnya, dengan mengevaluasi dan usaha mengantisipasi kekeringan yang sudah berjalan, seperti pembuatan "geomembran" di sejumlah desa dan pembuatan sumur bor. Sesuai data teknis, penampung air "geomembran" diperkirakan mampu menampung air hujan sekitar 60 ribu meter kubik, memiliki luas 50 X 30 meter dengan kedalaman empat meter. Air dalam tampungan "geomembran" itu mampu mencukupi kebutuhan air bersih 425 jiwa warga selama lima bulan. "Kami akan melakukan evaluasi, misalnya pembuatan geomebran itu sudah mampu mengatasi warga yang kesulitan air bersih atau belum," katanya. (*)

Pewarta:

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012