Jakarta - Pakar ilmu komunikasi Jalaludin Rakhmat menilai kantor berita berfungsi sebagai pembawa paham jurnalisme idealis, karena itu perannya harus terus didorong, selagi tidak terhambat upaya komersialisasi.
"Kantor berita adalah satu-satunya agen berita yang tidak terhambat komersialisasi, sehingga paling ideal untuk mewujudkan jurnalisme yang idealis," katanya setelah berbicara dalam sebuah diskusi publik menyambut peluncuran Anugerah Adiwarta 2012 yang bertema "Jurnalisme Optimis" di Jakarta, Kamis.
Menurut Jalal, di era reformasi ini sudah seharusnya Kantor Berita ANTARA menjadi tolak ukur bagi media-media lain dalam menerapkan prinsip jurnalisme positif.
"Pertama, karena tidak terikat tujuan bisnis, tetapi pemerintah juga tidak banyak mengatur seperti yang dilakukan ketika zaman Orde Baru dulu," kata salah seorang Juri Final bidang Komunikasi Anugerah Adiwarta 2012 itu.
Jalal mengatakan dengan kebebasan yang dimiliki ANTARA saat ini, sudah tentu banyak peluang yang bisa dikembangkan seiring proses adaptasi kantor berita dengan perkembangan jurnalisme modern.
"Secara jujur bisa saya katakan kalau melihat kualitas, berita ANTARA lebih baik dari berita yang lain," kata Jalal.
Namun, Jalal juga mengatakan ada beberapa konsekuensi yang timbul akibat idealisme jurnalistik yang diemban kantor berita, misalnya ketidakpopuleran.
"Dari penelitian kami juga menunjukkan tidak banyak orang yang mengekspos peranan ANTARA, itu sudah risiko di tengah industri media yang begitu ketat ini," kata Jalal.
Menurut Jalal, ANTARA cukup berhasil melakukan pengemasan terhadap berita yang disampaikan kepada khalayak, selain mengedepankan aspek perimbangan pemberitaan dalam produk jurnalistiknya.
"Jurnalisme positif tidak berarti kita hanya memberitakan fakta yang baik saja, termasuk juga memberitakan fakta yang buruk, tetapi dikemas sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak yang baik bagi masyarakat luas,"katanya.
Diskusi publik bertajuk "Jurnalisme Optimis : Masihkah Stigma Itu Berlaku?" merupakan acara yang terselenggara atas kerja sama Anugerah Adiwarta 2012 dengan Asosiasi Televisi Lokal Indonesia.
Beberapa peserta dalam diskusi publik tersebut mengeluhkan berbagai pemberitaan negatif yang dikhawatirkan merusak mental masyarakat, terutama kalangan anak-anak yang kecanduan televisi.
Dalam acara tersebut juga dilakukan peluncuran Anugerah Adiwarta 2012 yang sudah memasuki penyelenggaraan tahun ketujuh. Ajang itu merupakan perhargaan bergengsi bagi para jurnalis Indonesia.
Selain Jalaludin Rakhmat, pada tahun lalu ajang itu juga melibatkan beberapa tokoh dalam proses penjurian karya jurnalistik di antaranya Atmakusumah Astraatmaja, Wina Armada Sukardi, Ikrar Nusa Bhakti, Meuthia Ganie-Rochman, Seno Gumira Ajidarma, TD Asmadi, Faisal Basri, dan Sonny Keraf. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012