Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan atau Komnas Perempuan menyatakan arsip menjadi kebutuhan yang sangat penting untuk menjadi bukti pengakuan peran perempuan dalam masyarakat, juga alat untuk melawan diskriminasi terhadap perempuan. 

"Kita tahu begitu banyak peran-peran yang sudah dilakukan oleh perempuan, tetapi peran-peran ini seringkali tidak diakui, tidak dicatat, dan di sinilah letak penting dari sebuah pengarsipan, ia bisa menjadi cara bagi kita untuk memelihara dan menguatkan semangat perjuangan untuk memastikan PR-PR yang masih ada dapat dilakukan," kata Ketua Komnas Perempuan Andy Yentriyani di Gedung ANRI, Jakarta, Senin.

Ia menyebutkan arsip bisa menjadi salah satu pembelajaran penting, misalnya dalam upaya menghapus perkawinan anak yang sejak zaman kolonial masih menjadi permasalahan yang belum tuntas.

"Hari ini kita bicara tentang perkawinan anak, kalau kita membaca arsip tentang apa yang dibahas di dalam kongres perempuan pertama, maka perkawinan anak adalah salah satu isu yang dibahas dengan cukup tuntas, tetapi proses mengubah perilaku di dalam masyarakat lebih panjang, bahkan butuh hampir satu abad, ini sudah 96 tahun dan kita masih menghadapi situasi yang sama," paparnya.

Menurutnya, melalui arsip masyarakat dapat mempelajari apa yang terjadi pada masa lalu dan masa kini untuk menjadi pengalaman dalam rangka mempersiapkan masa depan.

Sementara itu Pelaksana Tugas (Plt) Kepala ANRI Imam Gunarto menyampaikan dokumentasi tentang pergerakan perempuan sejak zaman Belanda telah tersimpan di ANRI.

"ANRI menyimpan dokumentasi tentang pergerakan perempuan sejak zaman Belanda, bagaimana dulu perlakuan pemerintah Belanda terhadap perempuan, kemudian bagaimana catatan-catatan Belanda terhadap peran-peran perempuan ketika dia masih di bawah (pengekangan) laki-laki tradisional pada waktu itu juga terekam," kata Imam.

Ia menegaskan arsip dapat memotivasi para perempuan untuk memperjuangkan kemerdekaan serta hak-hak mereka.

"Pada saat melawan penjajahan itu juga muncul gerakan-gerakan menjelang kemerdekaan, dan itu karena memang ada politik etnis, politik pendidikan yang membuat para wanitanya belajar, sehingga dia tahu hak-haknya, kemudian memperjuangkan, dan sebagainya," ucap Imam.

Ia mengemukakan melalui arsip ada kepingan sejarah yang dirangkai beserta para pelakunya. Untuk itu masyarakat penting untuk menyimpan arsip milik pribadi yang suatu saat dapat menjadi bukti apabila menjalani peran tertentu yang berpengaruh bagi banyak orang.

"Jadi ada puzzle-puzzle sejarah yang dirangkai, yang di situ ada para pelakunya, bisa organisasi, para tokoh, jadi kalau enggak punya peran apa-apa ya disimpan sendiri dulu, karena kita tidak tahu, suatu saat ternyata kita punya peranan. Adik-adik semua yang masih muda, arsipnya ditertibkan mulai sekarang, karena kita tidak tahu ternyata nanti ada jadi menteri, jadi tokoh nasional, tokoh internasional," tuturnya.

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari

Editor : Astrid Faidlatul Habibah


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024