Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengapresiasi program Siap Siaga milik Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) Jawa Timur yang telah mampu membentuk puluhan Desa Tangguh Bencana Inklusi.
Direktur Kesiapsiagaan BNPB Pangarso Suryotomo di Kota Batu, Jawa Timur, Jumat, mengatakan sebanyak 25 desa itu tersebar di tiga daerah di Jawa Timur, yakni Kabupaten Sampang, Pasuruan, dan Lumajang.
"Ini menjadi sesuatu yang luar biasa, banyak ditemukan oleh pendamping desa maupun fasilitator yang terkomunikasikan dengan pemerintahan desa maupun masyarakat dengan menemukan pembelajaran baik," kata Pangarso.
Program itu juga, kata dia, tak sekadar memiliki mekanisme penanggulangan dan penanganan bencana alam tetapi menjadikan desa tersebut ke arah yang lebih maju.
"Bukan hanya urusan bencana melainkan masalah peningkatan ekonomi yang kemudian hasilnya mendorong terhadap ketangguhan desa," ucapnya.
Sementara, Ketua LPBI NU Jawa Timur, Syaiful Amin menyatakan bahwa di dalam program Siap Siaga memberikan dukungan bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar lebih produktif dan mandiri.
"25 desa ini dinilai terlebih dulu ketangguhannya melalui katalog BNPB. Begitu juga setelah proses fasilitasi yang menguras waktu satu tahun, penilaian dilakukan lagi. Hasil signifikan didapat dari kedua penilaian. Setidaknya ketangguhan desa pasca intervensi meningkat 60 persen," ucapnya.
Puluhan desa yang berkategori Desa Tangguh Bencana Inklusi ini berstatus Desatana Utama setelah sebelumnya ditetapkan sebagai Destana Pratama.
Program ini, kata dia, juga menghasilkan sebuah buku sebagai produk pengetahuan yang berisi pembelajaran-pembelajaran yang didapat selama program berlangsung.
"Diharapkan desa-desa bisa melanjutkan upaya-upaya ketangguhan dengan kemandirian desa, juga bisa ke desa-desa tetangga. Merangkul semua sumberdaya yang bisa diajak untuk membangun ketangguhan secara bersama," ucapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
Direktur Kesiapsiagaan BNPB Pangarso Suryotomo di Kota Batu, Jawa Timur, Jumat, mengatakan sebanyak 25 desa itu tersebar di tiga daerah di Jawa Timur, yakni Kabupaten Sampang, Pasuruan, dan Lumajang.
"Ini menjadi sesuatu yang luar biasa, banyak ditemukan oleh pendamping desa maupun fasilitator yang terkomunikasikan dengan pemerintahan desa maupun masyarakat dengan menemukan pembelajaran baik," kata Pangarso.
Program itu juga, kata dia, tak sekadar memiliki mekanisme penanggulangan dan penanganan bencana alam tetapi menjadikan desa tersebut ke arah yang lebih maju.
"Bukan hanya urusan bencana melainkan masalah peningkatan ekonomi yang kemudian hasilnya mendorong terhadap ketangguhan desa," ucapnya.
Sementara, Ketua LPBI NU Jawa Timur, Syaiful Amin menyatakan bahwa di dalam program Siap Siaga memberikan dukungan bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar lebih produktif dan mandiri.
"25 desa ini dinilai terlebih dulu ketangguhannya melalui katalog BNPB. Begitu juga setelah proses fasilitasi yang menguras waktu satu tahun, penilaian dilakukan lagi. Hasil signifikan didapat dari kedua penilaian. Setidaknya ketangguhan desa pasca intervensi meningkat 60 persen," ucapnya.
Puluhan desa yang berkategori Desa Tangguh Bencana Inklusi ini berstatus Desatana Utama setelah sebelumnya ditetapkan sebagai Destana Pratama.
Program ini, kata dia, juga menghasilkan sebuah buku sebagai produk pengetahuan yang berisi pembelajaran-pembelajaran yang didapat selama program berlangsung.
"Diharapkan desa-desa bisa melanjutkan upaya-upaya ketangguhan dengan kemandirian desa, juga bisa ke desa-desa tetangga. Merangkul semua sumberdaya yang bisa diajak untuk membangun ketangguhan secara bersama," ucapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024