Surabaya - Sejumlah petani di Jawa Timur mengalami kerugian senilai Rp151,2 miliar karena banjir menggenangi sawah mereka pada beberapa waktu terakhir. "Akibat banyaknya luasan sawah yang terendam banjir, ada sekitar 36.000 ton gabah kering giling (GKG) yang hilang," kata Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Jatim, Achmad Nurfalakhi, Surabaya, Kamis. Menurut dia, luas sawah yang terendam banjir di beberapa wilayah di Jatim mencapai sekitar 20.457,43 hektare. Dari jumlah tersebut, sekitar 5.930,55 hektare mengalami gagal panen (puso). "Sesuai pengamatan kami, daerah terparah yang terkena banjir terlihat di Tuban. Areal sawah yang tergenang banjir mencapai sekitar 3.651,3 hektare dan 2.388,3 hektare di antaranya mengalami puso," ujarnya. Di posisi berikutnya, jelas dia, Bojonegoro dengan luas sawah yang terendam mencapai sekitar 4.854 hektare dan 838,5 hektare di antaranya mengalami gagal panen. Lalu, Lamongan juga mengalami gagal panen dengan luas sawah yang tergenang 2.043 hektare dan yang puso hanya 851 hektare. "Daerah lain yang sawahnya ikut terkena banjir adalah Nganjuk. Luasan sawah yang tergenang mencapai 2.061,87 hektare dan yang mengalami puso hanya mencapai 254,4 hektare," katanya. Selain itu, sebut dia, sejumlah sawah di Pasuruan dengan luas areal 2.108 hektar juga tergenang banjir. Namun, dari jumlah tersebut yang terkena puso hanya mencapai 337 hektare. "Bahkan, sebanyak 249,5 hektare sawah di Jember ikut mengalami gagal panen dari total lahan yang terendam banjir mencapai seluas 1.359,3 hektare. Secara keseluruhan, daerah yang terkena puso di Jatim lebih sedikit dibandingkan luas lahan yang akan dipanen selama subround I atau lebih dari 1 juta hektare," katanya. Untuk mengantisipasi dampak banjir di Jatim, ia berupaya, melakukan koordinasi dengan sejumlah pihak terkait misalnya Dinas Pengairan dan Dinas Kehutanan. Hal tersebut dikarenakan permasalahan banjir juga terpengaruh kian buruknya sarana irigasi dan sejumlah hutan di provinsi ini yang kondisinya semakin tandus. "Kamipun menyiapkan bantuan benih dari cadangan benih nasional (CBN) dan dari cadangan benih daerah (CBD) yang akan diberikan mencapai 25 kilogram per hektare," katanya. Di sisi lain, lanjut dia, ada juga bantuan petani padi puso (BP3) dari Pemerintah Pusat sebesar Rp3,7 juta per hektare. Akan tetapi, karena bantuan tersebut dikhawatirkan menimbulkan konflik maka petani yang mengajukan hanya sedikit. "Bantuan tersebut ditujukan kepada petani kecil yang umumnya mempunyai modal minim dalam mengembangkan sawahnya," katanya.

Pewarta:

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2012