Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Mendes PDT) Yandri Susanto melepas ekspor kendang "Djembe" atau dikenal dengan nama jimbe ke Tiongkok yang dikelola oleh BUMDes di Desa Ngoran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur senilai Rp17 miliar.
"Ini perdana dan perlu menjaga kontinuitas dan kualitas dipertahankan. Ekspor yang fantastis bagi sebuah desa, lebih dari Rp17 miliar per tahun," kata Yandri Susanto saat pelepasan ekspor tersebut di Blitar, Selasa.
Pihaknya sangat mengapresiasi produk lokal yang ternyata secara kualitas juga bagus, bahkan bisa ekspor. Kegiatan ekspor ini juga hasil kolaborasi serta pembinaan BUMDes dengan PT. Astra Internasional Tbk.
Ia menambahkan, dengan adanya usaha tersebut desa juga semakin produktif. Kulit sapi yang tidak bernilai ekonomi tinggi saat dikelola baik maka bisa mendunia.
Selain itu, dengan usaha ini turut serta menyerap tenaga kerja. Pembuatan satu kendang jimbe banyak melibatkan orang, mulai dari yang menebang pohon, amplas batang pohon, mengecat, mengukir hingga mengemas.
"Itu artinya bisa mengangkat lapangan kerja dan mengurangi angka pengangguran di desa," kata dia.
Pihaknya menegaskan, Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal juga mendorong agar badan usaha milik desa (BUMDes), programnya dikelola dengan baik. Sebab, jika tidak ada barang tidak ada yang bisa disetorkan, di ekspor, sedangkan sudah ada MoU dengan pembeli. Buyer juga tidak bisa pribadi, sehingga ada BUMDes, yang sudah ada badan hukumnya, ada produknya, ada pengurus dan dikelola secara profesional.
Menurut dia, kolaborasi dengan swasta demi memajukan BUMDes juga sangat baik. Bahkan, ia juga sudah mengadakan pertemuan dengan kelompok CSR sekitar 400 perusahaan, yang ke depan diharapkan bisa membangun desa.
"Kata kunci kolaborasi, harus bisa mendorong sumber pangan dari desa, sumber energi dari desa, makan siang bergizi dan hilirisasi produk," kata dia.
Sementara itu, Penjabat Sementara (Pjs.) Bupati Blitar Jumadi mengatakan, pihaknya mengapresiasi ekspor ini. Kegiatan ini juga menjadi kebahagiaan tersendiri bagi perajin kendang jimbe.
Ia mengatakan, perajin kendang jimbe di Kabupaten Blitar, selain ada di Kecamatan Nglegok, juga ada di Kecamatan Kanigoro, Gandusari, Srengat dan Wlingi.
"Dan kami telah melakukan pendampingan mulai dari kemudahan perizinan, pelatihan juga pangsa pasar. Kami juga terus mendorong para perajin untuk terus berinovasi agar produk semakin berkualitas, mengingat persaingan pasar semakin ketat," kata dia.
Kegiatan pemberangkatan ekspor kendang jimbe tersebut juga dihadiri oleh pejabat Forkopimda Kabupaten Blitar dan tamu undangan lainnya.
Kendang Jimbe merupakan alat musik ritmis tradisional yang dimainkan dengan cara ditabuh atau dipukul. Alat musik ini memiliki bentuk yang menyerupai kendang serta terbuat dari kayu yang dipahat secara manual. Kulit bagian tabuhannya menggunakan kulit binatang, sehingga saat dipukul bisa menciptakan suara khas.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
"Ini perdana dan perlu menjaga kontinuitas dan kualitas dipertahankan. Ekspor yang fantastis bagi sebuah desa, lebih dari Rp17 miliar per tahun," kata Yandri Susanto saat pelepasan ekspor tersebut di Blitar, Selasa.
Pihaknya sangat mengapresiasi produk lokal yang ternyata secara kualitas juga bagus, bahkan bisa ekspor. Kegiatan ekspor ini juga hasil kolaborasi serta pembinaan BUMDes dengan PT. Astra Internasional Tbk.
Ia menambahkan, dengan adanya usaha tersebut desa juga semakin produktif. Kulit sapi yang tidak bernilai ekonomi tinggi saat dikelola baik maka bisa mendunia.
Selain itu, dengan usaha ini turut serta menyerap tenaga kerja. Pembuatan satu kendang jimbe banyak melibatkan orang, mulai dari yang menebang pohon, amplas batang pohon, mengecat, mengukir hingga mengemas.
"Itu artinya bisa mengangkat lapangan kerja dan mengurangi angka pengangguran di desa," kata dia.
Pihaknya menegaskan, Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal juga mendorong agar badan usaha milik desa (BUMDes), programnya dikelola dengan baik. Sebab, jika tidak ada barang tidak ada yang bisa disetorkan, di ekspor, sedangkan sudah ada MoU dengan pembeli. Buyer juga tidak bisa pribadi, sehingga ada BUMDes, yang sudah ada badan hukumnya, ada produknya, ada pengurus dan dikelola secara profesional.
Menurut dia, kolaborasi dengan swasta demi memajukan BUMDes juga sangat baik. Bahkan, ia juga sudah mengadakan pertemuan dengan kelompok CSR sekitar 400 perusahaan, yang ke depan diharapkan bisa membangun desa.
"Kata kunci kolaborasi, harus bisa mendorong sumber pangan dari desa, sumber energi dari desa, makan siang bergizi dan hilirisasi produk," kata dia.
Sementara itu, Penjabat Sementara (Pjs.) Bupati Blitar Jumadi mengatakan, pihaknya mengapresiasi ekspor ini. Kegiatan ini juga menjadi kebahagiaan tersendiri bagi perajin kendang jimbe.
Ia mengatakan, perajin kendang jimbe di Kabupaten Blitar, selain ada di Kecamatan Nglegok, juga ada di Kecamatan Kanigoro, Gandusari, Srengat dan Wlingi.
"Dan kami telah melakukan pendampingan mulai dari kemudahan perizinan, pelatihan juga pangsa pasar. Kami juga terus mendorong para perajin untuk terus berinovasi agar produk semakin berkualitas, mengingat persaingan pasar semakin ketat," kata dia.
Kegiatan pemberangkatan ekspor kendang jimbe tersebut juga dihadiri oleh pejabat Forkopimda Kabupaten Blitar dan tamu undangan lainnya.
Kendang Jimbe merupakan alat musik ritmis tradisional yang dimainkan dengan cara ditabuh atau dipukul. Alat musik ini memiliki bentuk yang menyerupai kendang serta terbuat dari kayu yang dipahat secara manual. Kulit bagian tabuhannya menggunakan kulit binatang, sehingga saat dipukul bisa menciptakan suara khas.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024